Rabu, 16 November 2011

unforgetable days in Ungaran

Diposting oleh nuratnamukti di 16.59 0 komentar
jujur tiga hari yang lalu (11, 12, 13 November 2011) kereen banget nget.. gini, jd aku ikutan acara yang super kerren juga, namanya LKMM (Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa) tingkat dasar, setelah dulu waktu maba ada yang namanya LKMM pra dasar. nah, di situ kita dilatih bener - bener untuk jadi pemimpin. Dimulai dari kedisiplinan sampai materi - materi terkait kelembagaan. niatnya untuk kita bawa buat oleh - oleh ke lembaga kita. macem - macem, ada yang dari HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) masing - masing, dari BEM, Senat, dan biro - biro yang ada di Fakultasku tercinta, FSMM (Rohisnya fakultas lah = Forum Silaturahim Mahasiswa Muslim), PSMT (Paduan Suara Mahasiswa Teknik), FST (Forum Studi Teknik), PMK, PRMK, dan FKMI (Organisasi kerohanian).

Kita peserta --katanya siih-- taun depan atau dua tahun lagi bakalan jadi pemimpin di lembaga - lembaga tersebut. bisa jadi ketuan umum, atau kadep (Ketua Departemen). jadi jangan salah, orang - orang yang bergabung di situ = KEREN - KEREN BANGEEET. bukan orang sembarangan soalnya, orang terpilih lah..

oya, dilihat dari tempatnya pun udah keren banget. jadi kita punya tempat stay di Diklat P2PNFI (Program - program Pendidikan Non Formal dan Informal) punyak Dinas Pendidikan. nah, balai itu ternyata udah piala citra atau sertifikat ISO sekian (berapa lupa) karena kualitas balai tersebut dalam menjalankan program - programnya. pertama bingung juga ini paung apa di tengah gitu, jadi itu ternyata patung piala citra yang sudah didapatkan Balai Diklat tersebut. patungnya adalah sejumlah orang yang tangannya ke atas, membawa sebuah segitiga semacam piramide gitu lah.


nah, di acara itu, banyak banget materi - materi tentang kepemudaan, kemahasiswaan, kebangsaan, kelembagaan, dan sbg, yang nantinya bakal ku bahas di tiap postingan- postingan habis ini. buat foto, nyusul ye, soalnya kita kagak megang kamera kemaren (kan peserta, heehe)

FAST

Diposting oleh nuratnamukti di 16.48 0 komentar

FST (Forum Studi Teknik) Fakultas Teknik Universitas Diponegoro present :
FAST (FST Academic Super Training)


@Hutan Wisata Tinjomoyo
bayar 20.000 aja, dapetkan pengalaman yang berkesan, ilmu yang bermanfaat, jadi mahasiswa yang unggul di bidang akademis dan aktif di organisasi.. :)

Viva Palestina

Diposting oleh nuratnamukti di 15.04 0 komentar


Coming Soon !!
Konser Amal untuk Palestina mengundang Justice Voice dan Shoutul Harakah.
4 Desember 2011
Hotel Horizon, Semarang

Penyelenggara :
KNRP dan JPRMI


DON'T MISS IT and be there yaa!!

Selasa, 04 Oktober 2011

teori Lokasi : Von Thunen

Diposting oleh nuratnamukti di 21.05 0 komentar
Dasar – Dasar Teori Von Thunnen

Teori Von Thunen telah mulai dikenal sejak abad ke 19. Teori Von Thunen menjelaskan mengenai ekonomi keruangan (spatial economics), yang menghubungkan teori ekonomi keruangan dengan teori sewa (theory of rent) yang membuat model analisis dasar dari hubungan antara pasar, produksi, dan jarak.
Teorinya mencoba untuk menerangkan berbagai jenis pertanian dalam arti luas yang berkembang di sekeliling daerah perkotaan yang merupakan pasar komoditi pertanian tersebut. Berdasarkan pengamatan di daerah tempat tinggalnya, berbagai komoditas pertanian diusahakan menurut pola tertentu.
Ia berpendapat bahwa bila suatu laboratorium dapat diciptakan berdasarkan atas tujuh asumsi, maka daerah lokasi jenis pertanian yang berkembang akan mengikuti pola tertentu. Ketujuh asumsi tersebut adalah:
1.            Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah pedalamannya yang merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian;
2.            Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjumlahan kelebihan produksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain;
3.            Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain, kecuali ke daerah perkotaan tersebut;
4.            Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama dan cocok untuk tanaman dan peternakan dataran menengah;
5.            Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk mempeoleh keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan peternakannya dengan peemintaan yang terdapat di daerah perkotaan;
6.            Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan darat berupa gerobak yang dihela oleh kuda;
7.            Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan jarak yang ditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar.
Dengan asumsi tersebut maka daerah lokasi berbagai jenis pertanian akan berkembang dalam bentuk lingkaran tidak beraturan yang mengelilingi daerah pertanian
Teori Von Thunnen dapat dimodifikasi dengan memasukkan unsur sungai yang mengalir melalui daerah perkotaan. Sungai ini memungkinkan pengangkutan dengan biaya yang lebih murah.
Keuntungan yang dicapai oleh petani dengan tiga variabel, yaitu harga penjualan, biaya produksi dan biaya angkutan. Rumus untuk mencari keuntungan :
K = N - (P + A), dengan keterangan :
K : Keuntungan
N : Imbalan yang diterima petani, dihitung atas dasar satuan tertentu
P : Biaya produksi dihitung atas dasar sama dengan N
A : Biaya angkutan
Walaupun teori lokasi Von Thunnen sudah terdapat banyak perubahan bagitu banyak, seperti dikembangkan oelh Greenhut, namun teori ini tetap merupakan pelopor dalam perkembangan teori lokasi.

Teori Lokasi

Diposting oleh nuratnamukti di 21.02 0 komentar
Pengertian Teori Lokasi
Teori lokasi pada awalnya dikembangkan oleh Von Thunnen pada awal abad ke-19. Teori ini merupakan suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara yang konsisten dan logis.
Menurut Tarigan, teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Tarigan berpendapat, terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Sehingga, teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Von Thunnen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Dengan memerhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tsb memasukkan variabel keawetan, berat dan harga dari berbagai komoditas pertanian. Selain Von Thunnen, tokoh – tokoh yang mengemukakan teori lokasi antara lain Wilhem Lounhart yang menunjukkan bagaiman amengoptimalkan lokasi dengan menyederhanakan hanya dua sumber material dan satu pasar yang disajikan dalam bentuk locational triangle. Selain itu ada juga Teori Christaller yang menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah.

Ruang Lingkup atau Cakupan Analisis Lokasi dan Pola Ruang
  • lahan pertanian dan guna lahan kota à von Thunen dan teori turunannya. Von Thunen berpendapat bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari suatu tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah
  • lokasi industri à pendekatan deterministik Weberian dan pendekatan perilaku
  • tempat pusat à Christaller dan teori turunannya. Adanya peran dan fungsi wilayah pusat terhadap daerah sekitarnya yang menjadi pusat aktifitas tentunya disesuaikan dengan karakteristik penduduknya.
  • alokasi lokasi à bagaimana mengalokasikan fasilitas kota agar fasilitas tersebut dapat digunakan secara maksimal oleh masyarakat namun dengan biaya yang minimal.
  • interaksi keruangan à hubungan antarlokasi dan kegiatan


Teori Lokasi

Diposting oleh nuratnamukti di 21.02 0 komentar
Pengertian Teori Lokasi
Teori lokasi pada awalnya dikembangkan oleh Von Thunnen pada awal abad ke-19. Teori ini merupakan suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara yang konsisten dan logis.
Menurut Tarigan, teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Tarigan berpendapat, terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Sehingga, teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Von Thunnen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Dengan memerhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tsb memasukkan variabel keawetan, berat dan harga dari berbagai komoditas pertanian. Selain Von Thunnen, tokoh – tokoh yang mengemukakan teori lokasi antara lain Wilhem Lounhart yang menunjukkan bagaiman amengoptimalkan lokasi dengan menyederhanakan hanya dua sumber material dan satu pasar yang disajikan dalam bentuk locational triangle. Selain itu ada juga Teori Christaller yang menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah.

Ruang Lingkup atau Cakupan Analisis Lokasi dan Pola Ruang
  • lahan pertanian dan guna lahan kota à von Thunen dan teori turunannya. Von Thunen berpendapat bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari suatu tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah
  • lokasi industri à pendekatan deterministik Weberian dan pendekatan perilaku
  • tempat pusat à Christaller dan teori turunannya. Adanya peran dan fungsi wilayah pusat terhadap daerah sekitarnya yang menjadi pusat aktifitas tentunya disesuaikan dengan karakteristik penduduknya.
  • alokasi lokasi à bagaimana mengalokasikan fasilitas kota agar fasilitas tersebut dapat digunakan secara maksimal oleh masyarakat namun dengan biaya yang minimal.
  • interaksi keruangan à hubungan antarlokasi dan kegiatan


POTENSI DAN PERMASALAHAN KABUPATEN BANJARNEGARA

Diposting oleh nuratnamukti di 20.59 0 komentar
Kabupaten Banjarnegara yang terletak di Jawa tengah ini mempunyai banyak potensi. Baik dalam bidang pariwisata, pertanian, peternakan, bahkan pertambangan.
1.      Potensi Wisata
A.    Arung Jeram Sungai Serayu
Wisata ini berada di Sungai Serayu Kabupaten Banjarnegara tepatnya dari Desa Tunggoro ke Desa Singomerto, Kecamatan Sigaluh dengan panjang rute tempuh 12 km dan 15 jeram ekstrim.
Dengan jeram yang sangat deras menjadikan Sungai Serayu menjadi salah satu sungai yang diperhitungkan oleh penghobi olahraga arung jeram di Indonesia.
B.  Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau)
Disana terdapat banyak bangunan Candi yang semuanya berlatar belakang Ciwaistis dan mempunyai bentuk arsitektur sederhana dan diperkirakan digunakan mulai abad IX hingga abad XII AD. Candi-candi di Dieng menggunakan nama tokoh pewayangan seperti, Dwarawati, Puntadewa, Arjuna, Gatotkaca, Srikandi, Bima, Puntadewa dan Candi Sembadra.
Di Dieng Plateau juga ada tempat wisata Kawah Sikidang. Karena lubang kepundannya berada di daerah dataran sehingga kawah dapat disaksikan langsung dari bibir kawah. Sampai saat ini kawah Sikidang masih aktif mengeluarkan uap panas dan bau yang khas. Uap panas yang keluar disertai semburan air yang mendidih berwarna kelabu selalu muncul berpindah-pindah dan berlompat-lompat dari satu tempat ke tempat lain seperti seekor Kidang, sehingga dinamai kawah Sikidang.
C.   Selain wisata Arung Jeram dan Dieng Plateau, masih banyak lagi potensi wisata. Seperti Kebun Binatang Serulingmas, Waduk Jendral Sudirman, ada juga wisata kuliner seperti dawet ayu, wisata belanja seperti keramik klampok dan batik susukan.
2.      Potensi Pertanian
A.    Kentang
Tanaman kentang tersebar di 4 kecamatan, yaitu Pejawaran, Batur, Wanayasa, dan Kalibening. Kapasitas produksi kentang Kabupaten Banjarnegara 133.417,5 ton/tahun. Dan  luas panen tanaman kentang Kabupaten Banjarnegara 8.434 Ha.

B.    Jagung

Jenis Jagung yang di usahakan oleh para Petani ada 2 jenis yaitu Lokal dan komposit Hibrida. Jagung terdapat di 20 Kecamatan Se-Kabupaten Banjarnegara, namun Kecamatan yang memiliki produksi tertinggi adalah Kecamatan Purwonegoro (14.585 ton), Kecamatan Pagentan (13.306,40 ton), Kecamatan Pejawaran (12.901,80 ton) dan Kecamatan Wanayasa (10.897,10 ton).
C. Salak
Buah Salak merupakan salah satu unggulan Kabupaten Banjarnegara. Tanaman salak terdapat di 18 Kecamatan Se-Kabupaten Banjarnegara (kecuali Kec. Rakit dan Kec. Batur), namun Kecamatan yang memiliki produksi tertinggi adalah Kecamatan Madukara (135.958,2 ton), Kecamatan Banjarmangu (26.522,3 ton), Kecamatan Pagentan (18.474,7 ton) dan Kecamatan Sigaluh (5.584,9 ton). Kapasitas produksi salak Kabupaten Banjarnegara 193.662,1 ton / tahun. Jenis Salak ada 2 Macam Yaitu Jenis Lokal dan Pondoh dengan perbandingan jumlah tanaman 50:50 %. Setiap hari produk salak Banjarnegara di kirim ke Jakarta, Jawa Barat dan Surabaya.
3.      Potensi Perkebunan

A.    Perkebunan Teh

Perkebunan teh diusahakan oleh rakyat tersebar di kecamatan Wanayasa, Kalibening, Pejawaran, dan Karangkobar. Hasil pucuk teh tersebut ditampung oleh PT. Pagilaran di desa Jatilawang, kecamatan Wanayasa dan PT. Jatilawang Sejahtera di desa Grogol, kecamatan Pejawaran.

B.    Perkebunan Kopi

Kabupaten Banjarnegara sangat cocok untuk tanaman kopi Arabica. Lokasi perkebunan di Kecamatan Kalibening, Wanayasa, Karangkobar yang termasuk daerah dataran tinggi.

4.      Peternakan

A.    Peternakan Sapi Potong

Lokasi penyebaran sapi potong terdapat di seluruh Kecamatan di Banjarnegara, dengan tingkat populasi ternak sapi potong tertinggi di Kec. Wanayasa 8.047 ekor, Kec. Kalibening 5.593 ekor, Kec. Karangkobar 4.678 ekor dan Kec. Bawang 3.188 ekor. Total populasi ternak sapi potong di Kabupaten Banjarnegara 40.426 ekor, dengan didukung oleh 21.782 Ha pengahasil hijauan makanan ternak (HMT) dan 40.237 Ha limbah pertanian.
  1. Peternakan Kambing
Kecamatan Banjarmangu mungkin bisa dijuluki dengan kecamatan kambing karena enam dari tiga belas desa yang ada di kecamatan ini jumlah populasi kambingnya melebihi jumlah penduduknya. Dari keenam desa tersebut yang paling menonjol adalah desa Pagerpelah. Dengan luas wilayah 402,4 hektar, desa yang berada diantara Sungai  Urang dan Ragajaya, Pagerpelah memiliki jumlah penduduk 2078. Dan kambing yang ada mencapai 3753 ekor. Ini berarti jumlah kambing hampir dua kali lipat dari jumlah penduduk.
5.      Pertambangan
1.   Marmer                                               4. Batu lempeng
2.   Feldspar (metasedimen)                     5. Batu Granit
3.   Trass (untuk pembuatan semen)

Sebenarnya masih banyak potensi yang dimiliki Kabupaten Banjarnegara. Namun tidak banyak orang yang mengetahui potensi tersebut. Hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi pemerintah dan warga Banjarnegara itu sendiri. Selain itu potensi  potensi yang dimiliki juga tidak dijaga dan dikembangkan dengan baik. Banyak tempat wisata yang sudah tak terawat, sudah tidak ada yang memerhatikannya lagi, sehingga sepi pengunjung. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap potensi alam Banjarnegara adalah persoalan yang utama.
Permasalahan kabupaten Banjarnegara yang lain adalah masih kurangnya fasilitas – fasilitas yang mendukung dan memadai. Sebagai contoh adalah minimnya pusat perbelanjaan, sehingga banyak masyarakat lebih suka berbelanja di luar kota yang lebih lengkap dan lebih prestis.
Infrastruktur yang lain pun masih banyak yang perlu diperhatikan. Sebagai contoh jalan raya penghubung Purbalingga dan Banjarnegara yang berlubang dan masih perlu banyak perbaikan. Lampu – lampu jalan pun banyak yang tidak berfungsi dengan baik, dan lain-lain.
Pedagang Kaki Lima juga menambah ketidaktertiban Kabupaten Banjarnegara. Biasanya PKL berjualan di pinggir-pinggir jalan atau di trotoar sehingga menghalangi para pengguna jalan atau pejalan kaki. Selain itu dengan banyaknya pedagang kaki lima tersebut membuat sampah-sampah bertebaran membuat kesan Banjarnegara yang dulu sebagai kota adipura terkesan jorok dan kotor. Sehingga, sekali lagi perhatian pemerintah dan kesadaran masyarakat Kabupaten Banjarnegara perlu ditingkatkan untuk Banjarnegara yang lebih maju.

Daftar Pustaka

Sabtu, 10 September 2011

Lebaran : Mendekatkan Kembali

Diposting oleh nuratnamukti di 20.21 0 komentar
Lebaran lalu (maaf, baru sempet posting, hehe), kami dipertemukan kembali. aku dengan teman-teman masa kecilku. setelah beberapa lama tak berjumpa.. hai sobat !

di sini ada inung, dek ajeng, mbak ninda, mbak dian.
sebelum kita berfoto ini, sejak kapan ya kita berkumpul?
haha. entahlah..
kita dahulu memang teman yang lucu.
bukan, bukan solid, bukan setia.
tapi lucu.
ada saatnya kita rukun, tertawa bersama, bermain bersama
ada saatnya kita bertengkar, saling diam, saling adu domba.
haha.. yah, namanya saja anak kecil.
beda dengan sekarang. kami sudah matang. dewasa. harapannya. 
*smile*

di sini (dari kiri ke kanan), ada :
dion, mas cahyo, mbak dhian, inung, mbak ninda, dek ajeng, mas aam
dion sekarang kuliah dimana ya? terakhir si udah keluar dari UNSOED, mas cahyo yang paling mapan, udah bekerja di Yogyakarta lulusan UNSOED, mbak dhian di seni rupa UNNES, aku di Teknik PWK UNDIP, mbak ninda di pendidikan matematika UAD Yogyakarta, dek ajeng yang menemui hidupnya di Pendidikan Bahasa Jepang UNNES, dan mas aam di Ekonomi Pembangunan UNNES.

Nah, ini nih paling kiri si Dani. yang dari tadi motoin kita, hehe..
Dani, adiknya mba dian. dulu dia selalu kita manfaatin, gara - gara paling kecil. tapi sekarang dia sudah duduk di bangku SMP.


Masa kecil itu, tak ada habisnya untuk diceritakan. Mungkin suatu saat akan aku ceritakan semuanya di sini..


Selasa, 30 Agustus 2011

Keluarga Baru di Sini

Diposting oleh nuratnamukti di 13.50 0 komentar
Awal kuliah di Semarang, tepatnya di Universitas Diponegoro, rasanya berat sekali. Ya mungkin karena aku tak terbiasa jauh dari orang tua. Bisa dibilang aku cukup manja kepada kedua orang tua aku. Aku anak kedua dari dua bersaudara (anak terakhir, red.) dan kakak aku yang satu-satunya itu adalah laki-laki. Jadi ya bisa dibilang aku cukup manja dengan ayah dan ibu aku. Makan sudah dimasakkan, nyuci baju tinggal masukkan ke mesin cuci, jika aku harus belajar sampai malam, bahkan ibu aku oun menemani aku, membuatkan susu hangat, memberikan cemilan-cemilan. Dan kini, aku benar-benar terpisah dari ayah dan ibu aku. Jujur awalnya hampir setengah bulan, setiap malam aku terbangun, sya sholat tahajud dan menangis sejadi-jadinya. Aku pun tak tahu mengapa aku menangis, mungkin rasa rindu pada orang yang melahirkan dan membesarkan aku, sehingga saat itu di pikiran aku adalah : ingin pulang kampung.
Tapi rasa itu lama-kelamaan hilang. Bukan aku tak pernah merindukan orang tua aku, tapi aku merasa memiliki keluarga baru di Semarang. Keluarga yang bisa menghibur aku, sehingga aku tidak selalu berpikir ingin pulang. Keluarga yang erat rasa persaudaraannya.
Keluarga tersebut aku temukan di sebuah rumah kos binaan (kami menyebutnya wisma) Tsabita. Inilah keluarga pertama aku di Semarang. Mereka saling membantu, kami juga tak sungkan meminta bantuan, tak sungkan bertanya banyak hal, kami saling bercanda, makan bersama, ngumpul bersama, solat berjamaah, belajar bersama, tak jarang kami tidak tidur karena mengerjakan tugas bersama. Barang – barang kami ikhlas kami pinjamkan asalkan minta izin dulu. Jika kami punya makanan, pasti tak pernah kami makan sendiri di kamar, kami berbagi, makan bersama. Jujur, aku terkesan pertama bergabung dengan keluarga Tsabita ini.
Suatu saat kamar aku terkena musibah. Saat itu aku sedang di luar wisma, ada acara di luar. Aku ditelpon oleh Mbak Kiki, yang kamarnya berada di sebelahku. Intinya aku disuruh cepat pulang. Dalam hati aku memang pasti ada sesuatu buruk yang terjadi. Tapi aku mencoba berfikir yang positif, mungkin ada tamu buat aku.
Dan akhirnya aku pulang, aku lihat barang-barang di kamar aku berada di luar semua (di luar kamar maksusnya, bukan luar rumah,red.). ternyata tepat di atas kamarku ada pipa yang berfungsi untuk menaglirkan air dari sumur ke bak tempat penampungan air di lantai atas. Pipa yang posisinya tepat berada di kamarku bocor, dan akhirnya air tersebut masuk ke dalam kamarku lewat lubang atap yang sengaja dibuat untuk masuknya cahaya. Aku menengok kamar aku. Kosong dan basah. Kasur aku basah, meja aku basah, kertas-kertas dan buku-buku aku basah. Tiba-tiba aku ingat satu benda. Laptop! Aku ingat aku menaruhnya tepat di bawah titik yang bocor tersebut.
“Mbak, laptopku?” aku benar-benar ingat, aku histeris waktu itu.
“Di kamar mbak Meike dik..” jawab Mbak Retno dengan wajah datar mungkin maksudnya ingin menenangkan hatiku.
Saat kulihat kamar Mbak Meike, laptopku “njengking” dengan baterai dicopot, dihadapkan pada sebuah kipas angin. Aku lemas, sontak aku menangis.. Tapi mereka masih mencoba menenangkanku.
Aku benar-benar sudah lemas, tubuhku ringan, dan benar-benar akan pingsan. Laptopku adalah benda vital bagiku. Apalagi aku langsung ingat bahwa besok siang ada deadline tugas. Dan tugas tersebut ada di laptop itu, tak ada back-up-an nya!
Aku ingat aku dan Ovi yang pergi bersamaku belum shalat maghrib. Aku shalat bersamanya, dia mengimamiku. Sepanjang shalat, aku sesenggukan, air mataku masih mengucur. Ketika salam, Ovi menepuk-nepuk bahuku dengan pelan. Aku tahu apa yang ada di pikiran dia. Dia pasti bingung mau melakukan apa, dia hanya berusaha untuk melapangkan dada sahabatnya.
“Dek, makan dulu ini..” Mbak Kiki menyodorkan nasi bungkus ke hadapanku yang sedang menatap laptopku yang sepertinya sedang sekarat itu (menurut Mbak Kiki, laptopku mengeluarkan banyak air dari lubang di samping tempat mengeluarkan panas). Di samping laptopku, di depan kiapas Mbak Meike, terdapat alat elektronik lain seperti hairdrayer dan senter yang dibuka-buka bagiannya agar mudah dikeringkan bagian dalamnya. Sementara di luar kamar, di ruang tengah tepatnya, barang-barangku berserakan, apalagi buku-buku dan kertas-kertas yang dikeringkan menggunakan kipas milik Mbak Nana.
Akhirnya aku makan makanann pemberian mbak Kiki di kamar Mbak Meike menghadap laptopku yang dibeli hutang, ya HUTANG atau BELUM LUNAS.. imagine, what I felt that day.. Sementara mbak Nana, mbak Meike, dan lainnya sibuk membolak-balikkan buku-buku dan kertas-kertasku di depan kipas agar kering. Lalu mbak Nana masuk ke kamar Mbak Meike, tempatku berada. Beliau menemaniku makan, dan mengajakku ngobrol banyak, ingin menghiburku.
Aku kembali ke kamarku, kamarku telah kering dan bersih, Mbak Tami dan lainnya yang mengepel dan membersihkannya.
Tsabita, terimakasih.. begitu banyak cerita. Ini hanya sebagian kecil yang membuat aku cinta pada keluarga ini..
Dengan adanya peristiwa ini, aku sadar, di sini aku tak sendiri. Banyak teman-teman yang mau menemani di hari-hariku, menolong ketika aku berada dalam kesusahan, ketika membutuhkan bantuan. Dan melalui peristiwa ini, Allah menunjukkan kuasa-Nya. Setiap hari, kamarku selalu terkunci dan kunci kamarku selalu ku bawa. Demi keamanan. Tapi hari itu,  tak tahu mengapa, kunciku aku tinggal di gantungan depan cermin. Entah kenapa.. Allah yang mengatur. Kedua, keajaiban muncul, ketika laptopku bisa dinyalakan tanpa kurang suatu apapun beberapa jam setelah diangin-anginkan. Padahal Mbak Kiki melihat bahwa laptop ini benar-benar diguyur air tepat di atasnya, dan ketika dimiringkan, air keluar mengucur dari tempat keluarnya panas pada laptop (tidak tahu namanya apa..)
Ini semua rencana Allah.. Terimakasih Tsabita. Tanpa disuruh, mereka membantuku. Tanpa pamrih, ikhlas, aku tahu itu.. Terimakasih.. Tsabita.. You are my new family here.. I love you all, cause Allah..
Ya Allah jagalah mereka, bantu mereka di saat kesusahan menyapa mereka, cintai mereka, karena aku mencintainya.. walaupun kini kita terpisah wisma, aku ingat kata Lila, kita akan bertemu lagi di wisma yang sama, bukan wisma Tsabita, tapi wisma Jannah, surga-Mu Ya Allah, amiin..
Once more, love all of you cause Allah  :')
berangkat tatsqif bareng, sebelumnya foto-foto, hehe

walaupun malem-malem, tetep semangat jalan - jalan ke lawang sewu dan tugu muda :)



Minggu, 28 Agustus 2011

Pelajaran dari Sebuah Kunjungan

Diposting oleh nuratnamukti di 09.26 0 komentar

Hari Jumat siang yang mendung di Banjarnegara ini, akhirnya satu target liburanku tercapai. Aku menginginkan liburan semester ini, aku bisa mengencangkan ikatan tali silaturahim kepada seseorang yang membuat aku jadi seperti  ini saat ini, orang yang membuat aku belajar, berfikir maju, yang membuat bacaan Al-Quranku lebih baik dan lancar, dan yang pasti dan utama lebih dekat dengan Maha Pencipta, Allah Subhanahu wa ta’ala, Sang Murabbi.
“Assalamualaikum, Rahma, km udh brkt blm?” tanyaku pada Rahma sahabatku semasa SMA. Dia menemaniku mengkaji dan mengaji islam dalam suatu lingkaran kecil, liqo, dengan namanya yang mungil, Salsabila. Jargon kami teman-teman satu liqoan adalah Salsabila.. Tetap semangat! Hehe.. Imut dan polos sekali yah. Maklum, kita berkumpul dalam satu majelis ini saat kami masih duduk di bangku kelas X. Dan sekarang, sebagian dari kami, sudah ada yang berkepala dua. Kami sudah kuliah. Namun, kedewasaan kami (aku lebih khususnya) patut dipertanyakan. Sampai sekarang masih manja seperti anak kecil. Tak ada orang tua, aku manja pada murabbi, pada kakak angkatan di kampus atau di wisma –begitu kami menyebut kos-kosan kami-
Ya, memang kami sekarang terpisah. Jadwal liburannya pun tak sama. Hingga aku hanya bisa mengajak Rahma untuk bersilaturahim ke murabbi kami.
“Waalaikumsalam. Belum nung. Bentar ya, ni aku blm solat, nunggu pada jumatan dulu.” Kami janjian di tempat pemberhentian angkot untuk menuju rumah murabbiku tersebut. Maklum, kami berdua –walaupun sudah bisa mengendarai motor- belum terlalu berani turun ke jalan yang ramai dan jauh. Apalagi fasilitas motornya juga belum tersedia, hehe.
“Oh, yaudah, kalo udh brkt, kabari yyaak..”
Sekitar lima belas menit aku menunggu di alun-alun, lebih baik menunggu di sini dulu sampai Rahma datang daripada menunggu di tempat pemberhentian angkot yang panas dan banyak berpolusi asap rokok. Waktu itu aku habiskan berbincang dengan salah seorang temanku yang memang sedari pagi bersamaku karena ada agenda bersama. Kami ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon –tapi yang pasti kami nggak ngomongin orang kok, hehe- dari masalah kampus sampai nostalgia masa SMA, dengan ditemani satu bungkus es kelapa muda seharga 2000 rupiah (kenapa harus mencantumkan harganya segala yak? Hehe..)
Tepat seruputan es milikku habis, handphone Nokia E63-ku berbunyi.
“Nung, aku udh smpe di gayam (tempat pemberhentian angkot yang tadi saya bicarakan)”
“Oh, ok, ak lagi jalan kesana. Tunggu.”
Lalu kulihat akhwat berjilbab hitam, baju biru, rok hitam, dengan tas slempang kecil digantungkan di bahunya.
“Rahmaaa…”
Hmm.. saking kangennya satu semester tak bersua, aku langsung heboh memanggilnya. Aku benar – benar senang bisa bertemu teman seperjuanganku sekarang, dan aku yakin dia pun demikian (pede sekali aku…)
Kami banyak ngobrol, ehm, maksud saya berdiskusi tentang kampus kami. Aku di Universitas Diponegoro Semarang tercinta, dan Rahma di Universitas Negeri Yogyakarta. Asyik sekali sampai tak terasa kami sudah sampai di depan rumah murabbi kami yang sederhana.
Bisa kubilang sederhana, karena tampak mungil dari depan, biar lebih enak didengar, daripada ku tulis kecil. Dindingnya masih kasar, belum dihaluskan dengan semen, apalagi dicat. Pintunya dari kayu yang sepertinya kokoh, tanpa cat pula, sehingga menunjukkan warna asli kayu tersebut. Namun di depannya banyak tanaman – tanaman baik dalam pot, maupun langsung di tanah. Kebetulan ada tanaman bunga sepatu yang sedang berbunga, Bunganya merah  muda, cantik sekali. Oya, sebelumnya aku belum pernah berkunjung ke rumah ini.
“Assalamualaikum..” kami kompak.
“Waalaikumussalam warohmatullah..” Sosok itu muncul juga, murabbiku. Dengan gamis warna cream paduan kotak -  kotak biru. Dipadupadankan dengan jilbab instan warna hitam, dengan renda kecil di bagian bawahnya. Wajah yang kami rindukan, wajah yang putih bersih cerah dan bercahaya.
Sesaat di baliknya muncul anak laki-laki kecil berusia 3 tahunan. Muflih, ya aku ingat namanya Muflih, putra pertama beliau. Dan sekarang beliau juga diamanahi putra kedua, Khodija Taqiya ‘Abidah. Masih sangat kecil, berusia 4 bulan.
“Apa kabar ukhti, para mujahidah..” hmm.. sapaan yang indah sekali untukku..
“Alhamdulillah Mbak.. Mbak gimana?”
“Alhamdulillah kami semua sehat. Ayo duduk dulu..”
Setelah itu kita lebih memilih bermain-main dengan Muflih. Sementara beliau di belakang. Mungkin sedang mempersiapkan jamuan untuk kami (hah, pede sekali..). Karena tak enak, kami memutuskan menyusul murabbiku itu. Barangkali ada yang bisa kami bantu. Aku masuk ke dalam sambil melihat – lihat rumah ini. Hmm.. Memang sederhana. Ada 3 kamar kulihat, dan dua kamar mandi. Dinding keseluruhannya masih kasar. Sama sekali belum dicat. Selain itu, masih beralaskan tanah. Kecuali untuk kamar-kamarnya yang sudah ditempeli keramik warna putih dan sudah dicat putih. Aku melangkah ke dapur, ternyata beliau masih menyiapkan teh hangat untuk kami.
“Nggak usah repot-repot mbak..” Ucap Rahma. Aku masih melihat-lihat seisi ruangan. Walaupun belum sempurna rumah ini, namun bersih. Kutengok ke meja makan, terlihat nasi di cething, sepiring tempe dan tahu goreng, serta pisang. Sudah.
“Nggak papa. Udah yuk, ke depan aja..” Sudah selesai beliau menyiapkan semuanya ketika beliau mengucapkan kata-kata tersebut. AKhirnya kami kembali ke depan. Hmm.. Tampak Muflih sedang bermain sesuatu, aku tak tahu apa itu.
Aku duduk di kursi triplek, yang sama sekali tidak empuk. Di depan kami terdapat meja kayu, yang kini telah berisi dua gelas the hangat dan dua toples makanan ringan. Yang satu berisi keripik pisang, satunya biscuit.
Aku masih tertarik untuk melihat rumah ini. Rumah ini memang kecil dansederhana, namun bersih, sejuk, dan nyaman. Tak kulihat perabotan mewah di dalam rumah ini. Bahkan seperti yang sudah kuceritakan, kursi tamu pun terbuat dari triplek. Tempat tidur pun masih dari kapuk. Oh ya, aku baru sadar, tak ada televisi di rumah ini! Apalagi DVD player, play station, AC, tak ada. Namun kulihat laptop di kamar beliau saat aku masuk ke kamar untuk solat.
Hmm.. memang sederhana. Bukan. Bukan mereka tak mampu untuk membeli itu semua. Namun, mereka memilih mana yang lebih mereka butuhkan.
Ohya, belum kujelaskan pekerjaan mereka (Murabbiku dan suaminya). Murabbiku adalah seorang guru yang sudah berstatus PNS di sebuah SMP Negeri. Suaminya adalah Kepala Sekolah sebuah SD Islam swasta yang terkenal kualitasnya, bisa dibilang nomor satu di kotaku. Dan perlu diketahui untuk memasuki SD tersebut lumayan susah, karena banyak saingannya dan yang pasti untuk seukuran SD, termasuk mahal.
Subhanallah.. Apabila semua pemimpin di Indonesia, bahkan di muka bumi ini seperti mereka, yang hidup sederhana sesuai kebutuhan, alangkah indahnya dunia ini. Apalagi untuk melakukan korupsi, membeli hal – hal yang memang tidak perlu untuk dibeli pun tidak !
Subhanallah..

If Today Is The Last Day

Diposting oleh nuratnamukti di 09.10 0 komentar
Andai kau tahu, ini hari terakhirmu...

Inikah yang hendak kau kerjakan?
1. mengingat dosa dan bertaubat nasuha dari segala dosa dan memperbanyak istighfar.
2. membersihkan rumah dari barang dan peralatan haram yang membuat malu di dunia dan menjadi beban di akhirat.
3. menunaikan shalat dengan berjamaah di masjid, dengan tuma'ninah dan sekhusyu' mungkin.
4. tidak beranjak dari tempat shalat sebelum membaca dzikir yang disyariatkan dengan penuh konsentrasi.
5. meminta maaf kepada orang yang telah dizhalimi, baik kezhaliman dalam bentuk ucapan, perilaku maupun hubungannya dengan harta.
6. menyampaikan titipan amanah kepada yang berhak menerimanya.
7. memperbanyak membaca al-quran, setelah sekian lama ditinggal.
8. membasahi bibir dengan dzikrullah di setiap waktu dan kondisi.
9. memperbanyak sedekah kepada orang yang membutuhkannya.
menjauhi segala dosa yang tidak berguna.
10. menjauhi segala dosa dan yang tidak berguna.

Jika demikian, mengapa tidak kau kerjakan semuanya hari ini?
Bisa jadi, ini hari terakhirmu...

"Sesungguhnya amal (yang paling mementukan) adalah amal terakhirnya." (HR. Bukhari)


dikutip dari sobekan majalah Ar-Risalah di rumah, ternyata walau kayanya cuma sobekan, isinya bagus dan menginspirasi..

Sabtu, 27 Agustus 2011

Orang Baik Masih Ada

Diposting oleh nuratnamukti di 09.48 0 komentar


“Hari gini mana ada yang gratis??” 
“Hari gini mah udah ngga ada orang yang baik.. orang yang bisa dipercaya..”
Sering ngga kalian denger pernyataan kayak di atas tadi? Kalo aku sih sering ya.. biasanya tuh ibuk – ibuk yang asyik nongkrong di warung sambil nggosipin, dari nggosipin tetangga sebelah sampai artis di tivi, bahkan pemerintahan Indonesia ini.
Sebenarnya bener ngga sih yang ibuk – ibuk katakan tadi? Ya, di satu sisi memang benar, tapi di sisi lain, siapa yang menjamin. Dunia ini semakin hari semakin ‘aneh’. Orang jahat, kejam, nakal, dan yang jelek – jelek lainnya (seperti peran antagonis dalam sebuah sinetron) makin banyak, berkembang biak dengan cepat. Namun di sisi lain, orang baik, sopan, halus tutur katanya, baik budinya, dan lain – lain sifat yang baik (protagonisnya nih) juga Alhamdulillah bertambah. Aku memang tidak tahu pasti manakah yang jumlahnya lebih besar, namun aku bisa melihat itu di sekitar kita saja. Lihat aja di berita, banyak kasus – kasus kriminal yang uh, engga banget deh, dari yang nyolong ayam, kakek memperkosa cucunya, anggota DPR yang berbuat mesum dengan penyanyi dangdut, sampai kasus akidah seperti orang yang makan mayat, antri berobat di dukun sampai kaya antri sembako dan masih banyak lagi. Sekarang, lihat juga sisi lain. Di kampus contohnya yang terdekat. Sekarang, mentoring, liqo atau halaqah adalah hal yang biasa di masjid – masjid, dan sudah tidak dianggap aneh lagi. Banyak akhwat – akhwat, ikhwan – ikhwan yang berkeliaran di jalan. Banyak film – film layar lebar yang mengangkat islam, dan banyaknya partai islam juag salah satu indikator (walaupun ideology mereka tak sama).
Jadi, hari gini masih ada lho orang baik, dan doakan semoga bertambah. Kalo barang gratis? Lihat ceritaku..
Sore itu sekitar jam setengah 4, cuacanya memang tak panas. Bahkan hujan baru saja turun. Aku jalan sendirian, menyusuri jalanan di Undip dengan pelan. Sambil sesekali menengok belakang untuj melihat ada angkot yang lewat atau tidak. Sore itu hari Ahad. Jadi ya memang jarang sekali angkot yang berkeliaran di kampus. Tapi, harapan itu masih ada (lho?). maksudku berharap ada angkot tak ada salahnya kan? Ku berjalan dari gedung perpustakaan Undip “Widya Puraya”. Aku bertekad kalau sampai nanti ngga ada angkot, berarti aku jalan kaki sampai ke kosku yang ada di jalan banjarsari. Kalo kamu anak undip pasti tau. Kalau bukan, aku kasih tau, jadi dari widya puraya sampai banjarsari lumayan jauh. Kurang lebih satu sampai satu setengah kiloan, pokoknya lumayan banget deh kalo jalan kaki. Lumayan bisa buat kaki begel – pegel, keringat bercucuran, dan sebagainya.
Tapi Alhamdulillah, ketika aku sampai di bundaran ex-Mandiri, (kalo yang anak Undip pasti tau, tapi kalo yang ngga tau, itu ya sekitar setengah kiloan deh..) tiba-tiba ada motor yang mendekatiku dan ngerem tepat di sampingku. Wah, akhwat nih.. Pengendara motor yang mbak-mbak akhwat itu membuka kaca helm-nya. Aku poikir-pikir sejenak.. sepertinya aku tidak kenal dengan sosoknya.
“Ayo dek, ikut..”
Saat itu aku ngga piker-pikir. Insyaallah aku percaya sama mbaknya.. insyaallajh identitas yang beliau pakai sudah cukup membangun kepercayaanku. Nggak tau juga tuh aku tanpa malu-malu, tanpa basa-basi langsung deh naik itu motor. Mungkin emang dasarnya udah capek jalan kali ya.. jadi ngga mikir tuh mbak ukhti itu mau menculikku atau membawaku ke tempat yang aku nggak tau.. hahaa.. #korban sinetron.
“makasih ya mba..” ya Cuma itu yang aku ucapin, dan itu aku ucapkan ketika aku sudah duduk manis di jok empuk motor mbak akhwat tadi.
“iya dek sama-sama.. wismanya mana?” sekali lagi kutuliskan, kalo anak Undip mah insyaallah tau wisma itu apa.. tapi bagi yang nggak tau, akan aku jelaskan. Jadi, wisma itu sebuah rumah kos-kosan berbasis pembinaan, khususnya pembinaan islam. Jadi ada wisma untuk ikhwan dan akhwat. Nah, di dalam wisma (khususnya wisma akhwat) penghuninya harus berjilbab. Satu wisma biasanya dihuni oleh mahasiswa-mahasiswa satu fakultas, mungkin agar kultur belajarnya sama atau sejenis. Oke, cukup masalah wisma.
“saya di wisma Tsabita mba..”
Wah, sepertinya wismaku yang satu itu memang cukup terkenal di kalangan ikhwah. Eh engga ding, temen-temenku yang notabene anak gaul juga tau, kalo kos ku bernama wisma Tsabita. Siapa dulu yang mempopulerkan.. (emang siapa? Aku juga nggak tau.. hehe)
Ok, kenapa aku bisa bilang wismaku terkenal. Karena mbak – mbak akhwat tadi menurunkanku di persis pintu gerbang wisma ku.
“ok, jazakillah ya mbak..” itu yang aku ucapkan, ucapan terima kasih, saat aku turun dari motornya si embak tadi..
“ok, waiyyaki.. duluan ya dek..”
Soo..
Tuh kan, sebenernya masih banyak orang baik di dunia ini. Dan masih ada barang (mungkin tepatnya jasa) yang gratis. Tadi Cuma salah satu contoh aja. Dan aku yakin, kalian punya cerita masing-masing kan? Ini ceritaku, apa ceritamu?? ^^

Minggu, 21 Agustus 2011

Muhasabah di Tepi Jalan

Diposting oleh nuratnamukti di 16.24 0 komentar
Di saat aku berada dalam kejenuhan di kota rantauan, sekaligus kota harapan, Semarang. Di saat keinginan pulang ke kampung halaman (bukan kampung juga si sebenernya) memuncak hingga mencapai titik kulminasi tertinggi, ada suatu hal yang mungkin tak dapat menghapus rasa rindu pada rumah, namun setidaknya aku bisa melupakannya sejenak. Dan yang pasti, dapat diambil suatu sisi positif yang menambah rasa syukurku pada Allah SWT.

6 Agustus 2011 - 6 Ramadhan 1432 H. Sore itu aku mengikuti agenda organisasi yang aku ikuti yaitu buka bersama anak-anak jalanan Satu Atap di Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang. Sebenarnya aku malas mengikutinya, karena hari itu, sejak pagi aku sudah kehilangan semangatku. Dari pagi setelah sahur, sakit maag-ku kambuh lagi dan badanku sedikit panas. Hmm, mungkin ini salah satu faktor yang membuatku benar-benar ingin berkumpul bersama keluarga di rumahku yang mungil namun penuh kebahagiaan, hehe.. Namun, 'yang punya hajat' mengajakku sampai aku benar-benar tak kuasa menolaknya. Okelah, akhirnya aku ikut. 

Buka bersama bersama anak jalanan. Ya, itu agenda kami sore itu. Selama ini banyak agenda buka puasa bersama yang aku ikuti. Mulai dari buka puasa angkatan, buka puasa bersama teman-teman satu perjuangan, dan buka puasa organisasi yang aku ikuti. oh iya, jangan lupa buka puasa rame-rame di Masjid Kampus atau berburu takjil gratis, hehe.. Namun, selama Ramadhan ini, belum pernah sekalipun buka puasa bersama keluargaku di rumah.. miris ya. tapi ya sudahlah, amanah ini memang harus dilakoni. nyatanya di Semarang aku mash dibutuhkan, (semoga saja begitu).

Ok, lanjut ke acara buka bersama anak jalanan. Seperti kita ketahui yah, rasanya males banget kalo di jalan kita diganggu anak – anak jalanan. Yang mengemis lah, yang ngamen dengan suara seadanya lah. Benar – benar tidak enak dilihat. Sebuah negara yang luas, kaya akan sumber daya alam, namun masyarakatnya tak terpenuhi kebutuhannya, masyarakatnya benar-benar dekat sekali dengan kemiskinan. Kita mempunyai berhektar – hektar sawah dan kebun, namun rakyatnya kelaparan. Kita mempunyai banyak manusia – manusia, yang eharusnya bisa jadi asset bangsa, namun apa yang kita lihat, manusia itu justru berebut kehidupan dengan yang lain. Tidak berketerampilan, tidak berpendidikan, tidak berperilaku yang baik, dan yang miris lagi tidak menanamkan agama dalam dirinya. Dan salah satu output akan berbagai masalah kompleks kita tersebut adalah maraknya anak – anak jalanan. Anak – anak yang hidup di jalan, bekerja di jalan, makan dari jalan, bahkan kadang bertempat tinggal di jalan. Jalan adalah kehidupannya. Mereka bangun pagi untuk mencari recehan hasil belas kasihan pengguna jalan. Sampai siang, sore, malam baru pulang. Mereka yang tak punya tempat tinggal, tidur beralaskan tanah, beratapkan langit, ditemani nyamuk – nyamuk dan dinginnya angin malam. Berbeda dengan anak – anak lain di seberang sana. Mereka bangun pagi untuk sekolah, pulang lalu bermain, ceria, tertawa, sorenya mereka mempunyai agenda les masing – masing, dan malamnya tidur dengan nyenyak di kasur empuk dan hangatnya selimut.

Dan kali ini, aku bersama mereka. Mereka yang hidup di jalanan itu. Mereka yang lusuh, kumal, dengan kulit gosong karena matahari, kaki yang tidak beralas, rambut tak kena sisir, dan kadang hidung yang ingusan. Namun ada satu yang membuat mereka istimewa. Keceriaan mereka, tawa mereka, senyum mereka. Polos. Unik. Dan ikhlas, sangat ikhlas dan apa adanya.

“Kak, gendong..” sahut anak perempuan kecil di belakangku.
Oh, tidak, aku yang selama ini tak punya adik, menjadi paling kecil dalam keluarga, yang biasa dimanja.. Sekarang, anak ini meminta gendong kepadaku. Tapi tak kuasa aku menolaknya. Peancaran matanya membuatku iba. Aku gendong dia. Lumayan berat, ya karena dia berusia lima tahun. Namun aku menikmatinya. Dia begitu dekat denganku, tak mau lepas dari gendonganku, bercerita banyak kepadaku. Namanya Rani. Usia lima tahun. Alhamdulillah, dia masih diberi kesempatan mengenyam pendidikan. Di duduk di TK nol besar. Dia pamerkan bahwa dia bisa menyanyi dengan menyanyi, masih digendonganku. Aku berpikir, dia begitu senang, dekat, padahal kami baru bertemu. Aku melihat, anak – anak ini memang kurang diperhatikan, kurang kasih sayang.

Aku senang berkenalan dengan mereka, dengan mereka yang menyebalkan di jalan. Yang mengemis – ngemis dengan kadang memaksa. Yang mengamen dengan suara sumbangnya. Bukan. Bukan keinginan mereka untuk mempunyai kehidupan seperti itu. Bukan pilihan mereka. Karena mereka tak punya pilihan lagi.

Berkaca dari mereka. Tubuhku lengkap tanpa kekurangan suatu apapun. Keluargaku pun lengkap dan sayang kepadaku. Dan Alhamdulillah, aku selalu diberi kemudahan dalam menggapai cita – citaku. Dan kini, bersyukur bisa menjadi seorang mahasiswa di Universitas Diponegoro, salah satu PTN yang kursinya diperebutkan orang se-Indonesia. Dan bersyukur karena hingga kini, aku tak perlu payah mencari uang untuk makanku. Bersyukur karena semua fasilitas itu kumiliki. Bersyukur karena aku bisa di sini. Bersyukur karena kau bisa berbagi. Bersykur karena aku dipertemukan dengan mereka. Bersyukur karena aku bisa berada dalam momen yang bisa membuat aku bersyukur.

Rabu, 16 November 2011

unforgetable days in Ungaran

Diposting oleh nuratnamukti di 16.59 0 komentar
jujur tiga hari yang lalu (11, 12, 13 November 2011) kereen banget nget.. gini, jd aku ikutan acara yang super kerren juga, namanya LKMM (Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa) tingkat dasar, setelah dulu waktu maba ada yang namanya LKMM pra dasar. nah, di situ kita dilatih bener - bener untuk jadi pemimpin. Dimulai dari kedisiplinan sampai materi - materi terkait kelembagaan. niatnya untuk kita bawa buat oleh - oleh ke lembaga kita. macem - macem, ada yang dari HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) masing - masing, dari BEM, Senat, dan biro - biro yang ada di Fakultasku tercinta, FSMM (Rohisnya fakultas lah = Forum Silaturahim Mahasiswa Muslim), PSMT (Paduan Suara Mahasiswa Teknik), FST (Forum Studi Teknik), PMK, PRMK, dan FKMI (Organisasi kerohanian).

Kita peserta --katanya siih-- taun depan atau dua tahun lagi bakalan jadi pemimpin di lembaga - lembaga tersebut. bisa jadi ketuan umum, atau kadep (Ketua Departemen). jadi jangan salah, orang - orang yang bergabung di situ = KEREN - KEREN BANGEEET. bukan orang sembarangan soalnya, orang terpilih lah..

oya, dilihat dari tempatnya pun udah keren banget. jadi kita punya tempat stay di Diklat P2PNFI (Program - program Pendidikan Non Formal dan Informal) punyak Dinas Pendidikan. nah, balai itu ternyata udah piala citra atau sertifikat ISO sekian (berapa lupa) karena kualitas balai tersebut dalam menjalankan program - programnya. pertama bingung juga ini paung apa di tengah gitu, jadi itu ternyata patung piala citra yang sudah didapatkan Balai Diklat tersebut. patungnya adalah sejumlah orang yang tangannya ke atas, membawa sebuah segitiga semacam piramide gitu lah.


nah, di acara itu, banyak banget materi - materi tentang kepemudaan, kemahasiswaan, kebangsaan, kelembagaan, dan sbg, yang nantinya bakal ku bahas di tiap postingan- postingan habis ini. buat foto, nyusul ye, soalnya kita kagak megang kamera kemaren (kan peserta, heehe)

FAST

Diposting oleh nuratnamukti di 16.48 0 komentar

FST (Forum Studi Teknik) Fakultas Teknik Universitas Diponegoro present :
FAST (FST Academic Super Training)


@Hutan Wisata Tinjomoyo
bayar 20.000 aja, dapetkan pengalaman yang berkesan, ilmu yang bermanfaat, jadi mahasiswa yang unggul di bidang akademis dan aktif di organisasi.. :)

Viva Palestina

Diposting oleh nuratnamukti di 15.04 0 komentar


Coming Soon !!
Konser Amal untuk Palestina mengundang Justice Voice dan Shoutul Harakah.
4 Desember 2011
Hotel Horizon, Semarang

Penyelenggara :
KNRP dan JPRMI


DON'T MISS IT and be there yaa!!

Selasa, 04 Oktober 2011

teori Lokasi : Von Thunen

Diposting oleh nuratnamukti di 21.05 0 komentar
Dasar – Dasar Teori Von Thunnen

Teori Von Thunen telah mulai dikenal sejak abad ke 19. Teori Von Thunen menjelaskan mengenai ekonomi keruangan (spatial economics), yang menghubungkan teori ekonomi keruangan dengan teori sewa (theory of rent) yang membuat model analisis dasar dari hubungan antara pasar, produksi, dan jarak.
Teorinya mencoba untuk menerangkan berbagai jenis pertanian dalam arti luas yang berkembang di sekeliling daerah perkotaan yang merupakan pasar komoditi pertanian tersebut. Berdasarkan pengamatan di daerah tempat tinggalnya, berbagai komoditas pertanian diusahakan menurut pola tertentu.
Ia berpendapat bahwa bila suatu laboratorium dapat diciptakan berdasarkan atas tujuh asumsi, maka daerah lokasi jenis pertanian yang berkembang akan mengikuti pola tertentu. Ketujuh asumsi tersebut adalah:
1.            Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah pedalamannya yang merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian;
2.            Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjumlahan kelebihan produksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain;
3.            Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain, kecuali ke daerah perkotaan tersebut;
4.            Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama dan cocok untuk tanaman dan peternakan dataran menengah;
5.            Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk mempeoleh keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan peternakannya dengan peemintaan yang terdapat di daerah perkotaan;
6.            Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan darat berupa gerobak yang dihela oleh kuda;
7.            Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan jarak yang ditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar.
Dengan asumsi tersebut maka daerah lokasi berbagai jenis pertanian akan berkembang dalam bentuk lingkaran tidak beraturan yang mengelilingi daerah pertanian
Teori Von Thunnen dapat dimodifikasi dengan memasukkan unsur sungai yang mengalir melalui daerah perkotaan. Sungai ini memungkinkan pengangkutan dengan biaya yang lebih murah.
Keuntungan yang dicapai oleh petani dengan tiga variabel, yaitu harga penjualan, biaya produksi dan biaya angkutan. Rumus untuk mencari keuntungan :
K = N - (P + A), dengan keterangan :
K : Keuntungan
N : Imbalan yang diterima petani, dihitung atas dasar satuan tertentu
P : Biaya produksi dihitung atas dasar sama dengan N
A : Biaya angkutan
Walaupun teori lokasi Von Thunnen sudah terdapat banyak perubahan bagitu banyak, seperti dikembangkan oelh Greenhut, namun teori ini tetap merupakan pelopor dalam perkembangan teori lokasi.

Teori Lokasi

Diposting oleh nuratnamukti di 21.02 0 komentar
Pengertian Teori Lokasi
Teori lokasi pada awalnya dikembangkan oleh Von Thunnen pada awal abad ke-19. Teori ini merupakan suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara yang konsisten dan logis.
Menurut Tarigan, teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Tarigan berpendapat, terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Sehingga, teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Von Thunnen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Dengan memerhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tsb memasukkan variabel keawetan, berat dan harga dari berbagai komoditas pertanian. Selain Von Thunnen, tokoh – tokoh yang mengemukakan teori lokasi antara lain Wilhem Lounhart yang menunjukkan bagaiman amengoptimalkan lokasi dengan menyederhanakan hanya dua sumber material dan satu pasar yang disajikan dalam bentuk locational triangle. Selain itu ada juga Teori Christaller yang menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah.

Ruang Lingkup atau Cakupan Analisis Lokasi dan Pola Ruang
  • lahan pertanian dan guna lahan kota à von Thunen dan teori turunannya. Von Thunen berpendapat bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari suatu tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah
  • lokasi industri à pendekatan deterministik Weberian dan pendekatan perilaku
  • tempat pusat à Christaller dan teori turunannya. Adanya peran dan fungsi wilayah pusat terhadap daerah sekitarnya yang menjadi pusat aktifitas tentunya disesuaikan dengan karakteristik penduduknya.
  • alokasi lokasi à bagaimana mengalokasikan fasilitas kota agar fasilitas tersebut dapat digunakan secara maksimal oleh masyarakat namun dengan biaya yang minimal.
  • interaksi keruangan à hubungan antarlokasi dan kegiatan


Teori Lokasi

Diposting oleh nuratnamukti di 21.02 0 komentar
Pengertian Teori Lokasi
Teori lokasi pada awalnya dikembangkan oleh Von Thunnen pada awal abad ke-19. Teori ini merupakan suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara yang konsisten dan logis.
Menurut Tarigan, teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Tarigan berpendapat, terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Sehingga, teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Von Thunnen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Dengan memerhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tsb memasukkan variabel keawetan, berat dan harga dari berbagai komoditas pertanian. Selain Von Thunnen, tokoh – tokoh yang mengemukakan teori lokasi antara lain Wilhem Lounhart yang menunjukkan bagaiman amengoptimalkan lokasi dengan menyederhanakan hanya dua sumber material dan satu pasar yang disajikan dalam bentuk locational triangle. Selain itu ada juga Teori Christaller yang menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah.

Ruang Lingkup atau Cakupan Analisis Lokasi dan Pola Ruang
  • lahan pertanian dan guna lahan kota à von Thunen dan teori turunannya. Von Thunen berpendapat bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari suatu tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah
  • lokasi industri à pendekatan deterministik Weberian dan pendekatan perilaku
  • tempat pusat à Christaller dan teori turunannya. Adanya peran dan fungsi wilayah pusat terhadap daerah sekitarnya yang menjadi pusat aktifitas tentunya disesuaikan dengan karakteristik penduduknya.
  • alokasi lokasi à bagaimana mengalokasikan fasilitas kota agar fasilitas tersebut dapat digunakan secara maksimal oleh masyarakat namun dengan biaya yang minimal.
  • interaksi keruangan à hubungan antarlokasi dan kegiatan


POTENSI DAN PERMASALAHAN KABUPATEN BANJARNEGARA

Diposting oleh nuratnamukti di 20.59 0 komentar
Kabupaten Banjarnegara yang terletak di Jawa tengah ini mempunyai banyak potensi. Baik dalam bidang pariwisata, pertanian, peternakan, bahkan pertambangan.
1.      Potensi Wisata
A.    Arung Jeram Sungai Serayu
Wisata ini berada di Sungai Serayu Kabupaten Banjarnegara tepatnya dari Desa Tunggoro ke Desa Singomerto, Kecamatan Sigaluh dengan panjang rute tempuh 12 km dan 15 jeram ekstrim.
Dengan jeram yang sangat deras menjadikan Sungai Serayu menjadi salah satu sungai yang diperhitungkan oleh penghobi olahraga arung jeram di Indonesia.
B.  Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau)
Disana terdapat banyak bangunan Candi yang semuanya berlatar belakang Ciwaistis dan mempunyai bentuk arsitektur sederhana dan diperkirakan digunakan mulai abad IX hingga abad XII AD. Candi-candi di Dieng menggunakan nama tokoh pewayangan seperti, Dwarawati, Puntadewa, Arjuna, Gatotkaca, Srikandi, Bima, Puntadewa dan Candi Sembadra.
Di Dieng Plateau juga ada tempat wisata Kawah Sikidang. Karena lubang kepundannya berada di daerah dataran sehingga kawah dapat disaksikan langsung dari bibir kawah. Sampai saat ini kawah Sikidang masih aktif mengeluarkan uap panas dan bau yang khas. Uap panas yang keluar disertai semburan air yang mendidih berwarna kelabu selalu muncul berpindah-pindah dan berlompat-lompat dari satu tempat ke tempat lain seperti seekor Kidang, sehingga dinamai kawah Sikidang.
C.   Selain wisata Arung Jeram dan Dieng Plateau, masih banyak lagi potensi wisata. Seperti Kebun Binatang Serulingmas, Waduk Jendral Sudirman, ada juga wisata kuliner seperti dawet ayu, wisata belanja seperti keramik klampok dan batik susukan.
2.      Potensi Pertanian
A.    Kentang
Tanaman kentang tersebar di 4 kecamatan, yaitu Pejawaran, Batur, Wanayasa, dan Kalibening. Kapasitas produksi kentang Kabupaten Banjarnegara 133.417,5 ton/tahun. Dan  luas panen tanaman kentang Kabupaten Banjarnegara 8.434 Ha.

B.    Jagung

Jenis Jagung yang di usahakan oleh para Petani ada 2 jenis yaitu Lokal dan komposit Hibrida. Jagung terdapat di 20 Kecamatan Se-Kabupaten Banjarnegara, namun Kecamatan yang memiliki produksi tertinggi adalah Kecamatan Purwonegoro (14.585 ton), Kecamatan Pagentan (13.306,40 ton), Kecamatan Pejawaran (12.901,80 ton) dan Kecamatan Wanayasa (10.897,10 ton).
C. Salak
Buah Salak merupakan salah satu unggulan Kabupaten Banjarnegara. Tanaman salak terdapat di 18 Kecamatan Se-Kabupaten Banjarnegara (kecuali Kec. Rakit dan Kec. Batur), namun Kecamatan yang memiliki produksi tertinggi adalah Kecamatan Madukara (135.958,2 ton), Kecamatan Banjarmangu (26.522,3 ton), Kecamatan Pagentan (18.474,7 ton) dan Kecamatan Sigaluh (5.584,9 ton). Kapasitas produksi salak Kabupaten Banjarnegara 193.662,1 ton / tahun. Jenis Salak ada 2 Macam Yaitu Jenis Lokal dan Pondoh dengan perbandingan jumlah tanaman 50:50 %. Setiap hari produk salak Banjarnegara di kirim ke Jakarta, Jawa Barat dan Surabaya.
3.      Potensi Perkebunan

A.    Perkebunan Teh

Perkebunan teh diusahakan oleh rakyat tersebar di kecamatan Wanayasa, Kalibening, Pejawaran, dan Karangkobar. Hasil pucuk teh tersebut ditampung oleh PT. Pagilaran di desa Jatilawang, kecamatan Wanayasa dan PT. Jatilawang Sejahtera di desa Grogol, kecamatan Pejawaran.

B.    Perkebunan Kopi

Kabupaten Banjarnegara sangat cocok untuk tanaman kopi Arabica. Lokasi perkebunan di Kecamatan Kalibening, Wanayasa, Karangkobar yang termasuk daerah dataran tinggi.

4.      Peternakan

A.    Peternakan Sapi Potong

Lokasi penyebaran sapi potong terdapat di seluruh Kecamatan di Banjarnegara, dengan tingkat populasi ternak sapi potong tertinggi di Kec. Wanayasa 8.047 ekor, Kec. Kalibening 5.593 ekor, Kec. Karangkobar 4.678 ekor dan Kec. Bawang 3.188 ekor. Total populasi ternak sapi potong di Kabupaten Banjarnegara 40.426 ekor, dengan didukung oleh 21.782 Ha pengahasil hijauan makanan ternak (HMT) dan 40.237 Ha limbah pertanian.
  1. Peternakan Kambing
Kecamatan Banjarmangu mungkin bisa dijuluki dengan kecamatan kambing karena enam dari tiga belas desa yang ada di kecamatan ini jumlah populasi kambingnya melebihi jumlah penduduknya. Dari keenam desa tersebut yang paling menonjol adalah desa Pagerpelah. Dengan luas wilayah 402,4 hektar, desa yang berada diantara Sungai  Urang dan Ragajaya, Pagerpelah memiliki jumlah penduduk 2078. Dan kambing yang ada mencapai 3753 ekor. Ini berarti jumlah kambing hampir dua kali lipat dari jumlah penduduk.
5.      Pertambangan
1.   Marmer                                               4. Batu lempeng
2.   Feldspar (metasedimen)                     5. Batu Granit
3.   Trass (untuk pembuatan semen)

Sebenarnya masih banyak potensi yang dimiliki Kabupaten Banjarnegara. Namun tidak banyak orang yang mengetahui potensi tersebut. Hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi pemerintah dan warga Banjarnegara itu sendiri. Selain itu potensi  potensi yang dimiliki juga tidak dijaga dan dikembangkan dengan baik. Banyak tempat wisata yang sudah tak terawat, sudah tidak ada yang memerhatikannya lagi, sehingga sepi pengunjung. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap potensi alam Banjarnegara adalah persoalan yang utama.
Permasalahan kabupaten Banjarnegara yang lain adalah masih kurangnya fasilitas – fasilitas yang mendukung dan memadai. Sebagai contoh adalah minimnya pusat perbelanjaan, sehingga banyak masyarakat lebih suka berbelanja di luar kota yang lebih lengkap dan lebih prestis.
Infrastruktur yang lain pun masih banyak yang perlu diperhatikan. Sebagai contoh jalan raya penghubung Purbalingga dan Banjarnegara yang berlubang dan masih perlu banyak perbaikan. Lampu – lampu jalan pun banyak yang tidak berfungsi dengan baik, dan lain-lain.
Pedagang Kaki Lima juga menambah ketidaktertiban Kabupaten Banjarnegara. Biasanya PKL berjualan di pinggir-pinggir jalan atau di trotoar sehingga menghalangi para pengguna jalan atau pejalan kaki. Selain itu dengan banyaknya pedagang kaki lima tersebut membuat sampah-sampah bertebaran membuat kesan Banjarnegara yang dulu sebagai kota adipura terkesan jorok dan kotor. Sehingga, sekali lagi perhatian pemerintah dan kesadaran masyarakat Kabupaten Banjarnegara perlu ditingkatkan untuk Banjarnegara yang lebih maju.

Daftar Pustaka

Sabtu, 10 September 2011

Lebaran : Mendekatkan Kembali

Diposting oleh nuratnamukti di 20.21 0 komentar
Lebaran lalu (maaf, baru sempet posting, hehe), kami dipertemukan kembali. aku dengan teman-teman masa kecilku. setelah beberapa lama tak berjumpa.. hai sobat !

di sini ada inung, dek ajeng, mbak ninda, mbak dian.
sebelum kita berfoto ini, sejak kapan ya kita berkumpul?
haha. entahlah..
kita dahulu memang teman yang lucu.
bukan, bukan solid, bukan setia.
tapi lucu.
ada saatnya kita rukun, tertawa bersama, bermain bersama
ada saatnya kita bertengkar, saling diam, saling adu domba.
haha.. yah, namanya saja anak kecil.
beda dengan sekarang. kami sudah matang. dewasa. harapannya. 
*smile*

di sini (dari kiri ke kanan), ada :
dion, mas cahyo, mbak dhian, inung, mbak ninda, dek ajeng, mas aam
dion sekarang kuliah dimana ya? terakhir si udah keluar dari UNSOED, mas cahyo yang paling mapan, udah bekerja di Yogyakarta lulusan UNSOED, mbak dhian di seni rupa UNNES, aku di Teknik PWK UNDIP, mbak ninda di pendidikan matematika UAD Yogyakarta, dek ajeng yang menemui hidupnya di Pendidikan Bahasa Jepang UNNES, dan mas aam di Ekonomi Pembangunan UNNES.

Nah, ini nih paling kiri si Dani. yang dari tadi motoin kita, hehe..
Dani, adiknya mba dian. dulu dia selalu kita manfaatin, gara - gara paling kecil. tapi sekarang dia sudah duduk di bangku SMP.


Masa kecil itu, tak ada habisnya untuk diceritakan. Mungkin suatu saat akan aku ceritakan semuanya di sini..


Selasa, 30 Agustus 2011

Keluarga Baru di Sini

Diposting oleh nuratnamukti di 13.50 0 komentar
Awal kuliah di Semarang, tepatnya di Universitas Diponegoro, rasanya berat sekali. Ya mungkin karena aku tak terbiasa jauh dari orang tua. Bisa dibilang aku cukup manja kepada kedua orang tua aku. Aku anak kedua dari dua bersaudara (anak terakhir, red.) dan kakak aku yang satu-satunya itu adalah laki-laki. Jadi ya bisa dibilang aku cukup manja dengan ayah dan ibu aku. Makan sudah dimasakkan, nyuci baju tinggal masukkan ke mesin cuci, jika aku harus belajar sampai malam, bahkan ibu aku oun menemani aku, membuatkan susu hangat, memberikan cemilan-cemilan. Dan kini, aku benar-benar terpisah dari ayah dan ibu aku. Jujur awalnya hampir setengah bulan, setiap malam aku terbangun, sya sholat tahajud dan menangis sejadi-jadinya. Aku pun tak tahu mengapa aku menangis, mungkin rasa rindu pada orang yang melahirkan dan membesarkan aku, sehingga saat itu di pikiran aku adalah : ingin pulang kampung.
Tapi rasa itu lama-kelamaan hilang. Bukan aku tak pernah merindukan orang tua aku, tapi aku merasa memiliki keluarga baru di Semarang. Keluarga yang bisa menghibur aku, sehingga aku tidak selalu berpikir ingin pulang. Keluarga yang erat rasa persaudaraannya.
Keluarga tersebut aku temukan di sebuah rumah kos binaan (kami menyebutnya wisma) Tsabita. Inilah keluarga pertama aku di Semarang. Mereka saling membantu, kami juga tak sungkan meminta bantuan, tak sungkan bertanya banyak hal, kami saling bercanda, makan bersama, ngumpul bersama, solat berjamaah, belajar bersama, tak jarang kami tidak tidur karena mengerjakan tugas bersama. Barang – barang kami ikhlas kami pinjamkan asalkan minta izin dulu. Jika kami punya makanan, pasti tak pernah kami makan sendiri di kamar, kami berbagi, makan bersama. Jujur, aku terkesan pertama bergabung dengan keluarga Tsabita ini.
Suatu saat kamar aku terkena musibah. Saat itu aku sedang di luar wisma, ada acara di luar. Aku ditelpon oleh Mbak Kiki, yang kamarnya berada di sebelahku. Intinya aku disuruh cepat pulang. Dalam hati aku memang pasti ada sesuatu buruk yang terjadi. Tapi aku mencoba berfikir yang positif, mungkin ada tamu buat aku.
Dan akhirnya aku pulang, aku lihat barang-barang di kamar aku berada di luar semua (di luar kamar maksusnya, bukan luar rumah,red.). ternyata tepat di atas kamarku ada pipa yang berfungsi untuk menaglirkan air dari sumur ke bak tempat penampungan air di lantai atas. Pipa yang posisinya tepat berada di kamarku bocor, dan akhirnya air tersebut masuk ke dalam kamarku lewat lubang atap yang sengaja dibuat untuk masuknya cahaya. Aku menengok kamar aku. Kosong dan basah. Kasur aku basah, meja aku basah, kertas-kertas dan buku-buku aku basah. Tiba-tiba aku ingat satu benda. Laptop! Aku ingat aku menaruhnya tepat di bawah titik yang bocor tersebut.
“Mbak, laptopku?” aku benar-benar ingat, aku histeris waktu itu.
“Di kamar mbak Meike dik..” jawab Mbak Retno dengan wajah datar mungkin maksudnya ingin menenangkan hatiku.
Saat kulihat kamar Mbak Meike, laptopku “njengking” dengan baterai dicopot, dihadapkan pada sebuah kipas angin. Aku lemas, sontak aku menangis.. Tapi mereka masih mencoba menenangkanku.
Aku benar-benar sudah lemas, tubuhku ringan, dan benar-benar akan pingsan. Laptopku adalah benda vital bagiku. Apalagi aku langsung ingat bahwa besok siang ada deadline tugas. Dan tugas tersebut ada di laptop itu, tak ada back-up-an nya!
Aku ingat aku dan Ovi yang pergi bersamaku belum shalat maghrib. Aku shalat bersamanya, dia mengimamiku. Sepanjang shalat, aku sesenggukan, air mataku masih mengucur. Ketika salam, Ovi menepuk-nepuk bahuku dengan pelan. Aku tahu apa yang ada di pikiran dia. Dia pasti bingung mau melakukan apa, dia hanya berusaha untuk melapangkan dada sahabatnya.
“Dek, makan dulu ini..” Mbak Kiki menyodorkan nasi bungkus ke hadapanku yang sedang menatap laptopku yang sepertinya sedang sekarat itu (menurut Mbak Kiki, laptopku mengeluarkan banyak air dari lubang di samping tempat mengeluarkan panas). Di samping laptopku, di depan kiapas Mbak Meike, terdapat alat elektronik lain seperti hairdrayer dan senter yang dibuka-buka bagiannya agar mudah dikeringkan bagian dalamnya. Sementara di luar kamar, di ruang tengah tepatnya, barang-barangku berserakan, apalagi buku-buku dan kertas-kertas yang dikeringkan menggunakan kipas milik Mbak Nana.
Akhirnya aku makan makanann pemberian mbak Kiki di kamar Mbak Meike menghadap laptopku yang dibeli hutang, ya HUTANG atau BELUM LUNAS.. imagine, what I felt that day.. Sementara mbak Nana, mbak Meike, dan lainnya sibuk membolak-balikkan buku-buku dan kertas-kertasku di depan kipas agar kering. Lalu mbak Nana masuk ke kamar Mbak Meike, tempatku berada. Beliau menemaniku makan, dan mengajakku ngobrol banyak, ingin menghiburku.
Aku kembali ke kamarku, kamarku telah kering dan bersih, Mbak Tami dan lainnya yang mengepel dan membersihkannya.
Tsabita, terimakasih.. begitu banyak cerita. Ini hanya sebagian kecil yang membuat aku cinta pada keluarga ini..
Dengan adanya peristiwa ini, aku sadar, di sini aku tak sendiri. Banyak teman-teman yang mau menemani di hari-hariku, menolong ketika aku berada dalam kesusahan, ketika membutuhkan bantuan. Dan melalui peristiwa ini, Allah menunjukkan kuasa-Nya. Setiap hari, kamarku selalu terkunci dan kunci kamarku selalu ku bawa. Demi keamanan. Tapi hari itu,  tak tahu mengapa, kunciku aku tinggal di gantungan depan cermin. Entah kenapa.. Allah yang mengatur. Kedua, keajaiban muncul, ketika laptopku bisa dinyalakan tanpa kurang suatu apapun beberapa jam setelah diangin-anginkan. Padahal Mbak Kiki melihat bahwa laptop ini benar-benar diguyur air tepat di atasnya, dan ketika dimiringkan, air keluar mengucur dari tempat keluarnya panas pada laptop (tidak tahu namanya apa..)
Ini semua rencana Allah.. Terimakasih Tsabita. Tanpa disuruh, mereka membantuku. Tanpa pamrih, ikhlas, aku tahu itu.. Terimakasih.. Tsabita.. You are my new family here.. I love you all, cause Allah..
Ya Allah jagalah mereka, bantu mereka di saat kesusahan menyapa mereka, cintai mereka, karena aku mencintainya.. walaupun kini kita terpisah wisma, aku ingat kata Lila, kita akan bertemu lagi di wisma yang sama, bukan wisma Tsabita, tapi wisma Jannah, surga-Mu Ya Allah, amiin..
Once more, love all of you cause Allah  :')
berangkat tatsqif bareng, sebelumnya foto-foto, hehe

walaupun malem-malem, tetep semangat jalan - jalan ke lawang sewu dan tugu muda :)



Minggu, 28 Agustus 2011

Pelajaran dari Sebuah Kunjungan

Diposting oleh nuratnamukti di 09.26 0 komentar

Hari Jumat siang yang mendung di Banjarnegara ini, akhirnya satu target liburanku tercapai. Aku menginginkan liburan semester ini, aku bisa mengencangkan ikatan tali silaturahim kepada seseorang yang membuat aku jadi seperti  ini saat ini, orang yang membuat aku belajar, berfikir maju, yang membuat bacaan Al-Quranku lebih baik dan lancar, dan yang pasti dan utama lebih dekat dengan Maha Pencipta, Allah Subhanahu wa ta’ala, Sang Murabbi.
“Assalamualaikum, Rahma, km udh brkt blm?” tanyaku pada Rahma sahabatku semasa SMA. Dia menemaniku mengkaji dan mengaji islam dalam suatu lingkaran kecil, liqo, dengan namanya yang mungil, Salsabila. Jargon kami teman-teman satu liqoan adalah Salsabila.. Tetap semangat! Hehe.. Imut dan polos sekali yah. Maklum, kita berkumpul dalam satu majelis ini saat kami masih duduk di bangku kelas X. Dan sekarang, sebagian dari kami, sudah ada yang berkepala dua. Kami sudah kuliah. Namun, kedewasaan kami (aku lebih khususnya) patut dipertanyakan. Sampai sekarang masih manja seperti anak kecil. Tak ada orang tua, aku manja pada murabbi, pada kakak angkatan di kampus atau di wisma –begitu kami menyebut kos-kosan kami-
Ya, memang kami sekarang terpisah. Jadwal liburannya pun tak sama. Hingga aku hanya bisa mengajak Rahma untuk bersilaturahim ke murabbi kami.
“Waalaikumsalam. Belum nung. Bentar ya, ni aku blm solat, nunggu pada jumatan dulu.” Kami janjian di tempat pemberhentian angkot untuk menuju rumah murabbiku tersebut. Maklum, kami berdua –walaupun sudah bisa mengendarai motor- belum terlalu berani turun ke jalan yang ramai dan jauh. Apalagi fasilitas motornya juga belum tersedia, hehe.
“Oh, yaudah, kalo udh brkt, kabari yyaak..”
Sekitar lima belas menit aku menunggu di alun-alun, lebih baik menunggu di sini dulu sampai Rahma datang daripada menunggu di tempat pemberhentian angkot yang panas dan banyak berpolusi asap rokok. Waktu itu aku habiskan berbincang dengan salah seorang temanku yang memang sedari pagi bersamaku karena ada agenda bersama. Kami ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon –tapi yang pasti kami nggak ngomongin orang kok, hehe- dari masalah kampus sampai nostalgia masa SMA, dengan ditemani satu bungkus es kelapa muda seharga 2000 rupiah (kenapa harus mencantumkan harganya segala yak? Hehe..)
Tepat seruputan es milikku habis, handphone Nokia E63-ku berbunyi.
“Nung, aku udh smpe di gayam (tempat pemberhentian angkot yang tadi saya bicarakan)”
“Oh, ok, ak lagi jalan kesana. Tunggu.”
Lalu kulihat akhwat berjilbab hitam, baju biru, rok hitam, dengan tas slempang kecil digantungkan di bahunya.
“Rahmaaa…”
Hmm.. saking kangennya satu semester tak bersua, aku langsung heboh memanggilnya. Aku benar – benar senang bisa bertemu teman seperjuanganku sekarang, dan aku yakin dia pun demikian (pede sekali aku…)
Kami banyak ngobrol, ehm, maksud saya berdiskusi tentang kampus kami. Aku di Universitas Diponegoro Semarang tercinta, dan Rahma di Universitas Negeri Yogyakarta. Asyik sekali sampai tak terasa kami sudah sampai di depan rumah murabbi kami yang sederhana.
Bisa kubilang sederhana, karena tampak mungil dari depan, biar lebih enak didengar, daripada ku tulis kecil. Dindingnya masih kasar, belum dihaluskan dengan semen, apalagi dicat. Pintunya dari kayu yang sepertinya kokoh, tanpa cat pula, sehingga menunjukkan warna asli kayu tersebut. Namun di depannya banyak tanaman – tanaman baik dalam pot, maupun langsung di tanah. Kebetulan ada tanaman bunga sepatu yang sedang berbunga, Bunganya merah  muda, cantik sekali. Oya, sebelumnya aku belum pernah berkunjung ke rumah ini.
“Assalamualaikum..” kami kompak.
“Waalaikumussalam warohmatullah..” Sosok itu muncul juga, murabbiku. Dengan gamis warna cream paduan kotak -  kotak biru. Dipadupadankan dengan jilbab instan warna hitam, dengan renda kecil di bagian bawahnya. Wajah yang kami rindukan, wajah yang putih bersih cerah dan bercahaya.
Sesaat di baliknya muncul anak laki-laki kecil berusia 3 tahunan. Muflih, ya aku ingat namanya Muflih, putra pertama beliau. Dan sekarang beliau juga diamanahi putra kedua, Khodija Taqiya ‘Abidah. Masih sangat kecil, berusia 4 bulan.
“Apa kabar ukhti, para mujahidah..” hmm.. sapaan yang indah sekali untukku..
“Alhamdulillah Mbak.. Mbak gimana?”
“Alhamdulillah kami semua sehat. Ayo duduk dulu..”
Setelah itu kita lebih memilih bermain-main dengan Muflih. Sementara beliau di belakang. Mungkin sedang mempersiapkan jamuan untuk kami (hah, pede sekali..). Karena tak enak, kami memutuskan menyusul murabbiku itu. Barangkali ada yang bisa kami bantu. Aku masuk ke dalam sambil melihat – lihat rumah ini. Hmm.. Memang sederhana. Ada 3 kamar kulihat, dan dua kamar mandi. Dinding keseluruhannya masih kasar. Sama sekali belum dicat. Selain itu, masih beralaskan tanah. Kecuali untuk kamar-kamarnya yang sudah ditempeli keramik warna putih dan sudah dicat putih. Aku melangkah ke dapur, ternyata beliau masih menyiapkan teh hangat untuk kami.
“Nggak usah repot-repot mbak..” Ucap Rahma. Aku masih melihat-lihat seisi ruangan. Walaupun belum sempurna rumah ini, namun bersih. Kutengok ke meja makan, terlihat nasi di cething, sepiring tempe dan tahu goreng, serta pisang. Sudah.
“Nggak papa. Udah yuk, ke depan aja..” Sudah selesai beliau menyiapkan semuanya ketika beliau mengucapkan kata-kata tersebut. AKhirnya kami kembali ke depan. Hmm.. Tampak Muflih sedang bermain sesuatu, aku tak tahu apa itu.
Aku duduk di kursi triplek, yang sama sekali tidak empuk. Di depan kami terdapat meja kayu, yang kini telah berisi dua gelas the hangat dan dua toples makanan ringan. Yang satu berisi keripik pisang, satunya biscuit.
Aku masih tertarik untuk melihat rumah ini. Rumah ini memang kecil dansederhana, namun bersih, sejuk, dan nyaman. Tak kulihat perabotan mewah di dalam rumah ini. Bahkan seperti yang sudah kuceritakan, kursi tamu pun terbuat dari triplek. Tempat tidur pun masih dari kapuk. Oh ya, aku baru sadar, tak ada televisi di rumah ini! Apalagi DVD player, play station, AC, tak ada. Namun kulihat laptop di kamar beliau saat aku masuk ke kamar untuk solat.
Hmm.. memang sederhana. Bukan. Bukan mereka tak mampu untuk membeli itu semua. Namun, mereka memilih mana yang lebih mereka butuhkan.
Ohya, belum kujelaskan pekerjaan mereka (Murabbiku dan suaminya). Murabbiku adalah seorang guru yang sudah berstatus PNS di sebuah SMP Negeri. Suaminya adalah Kepala Sekolah sebuah SD Islam swasta yang terkenal kualitasnya, bisa dibilang nomor satu di kotaku. Dan perlu diketahui untuk memasuki SD tersebut lumayan susah, karena banyak saingannya dan yang pasti untuk seukuran SD, termasuk mahal.
Subhanallah.. Apabila semua pemimpin di Indonesia, bahkan di muka bumi ini seperti mereka, yang hidup sederhana sesuai kebutuhan, alangkah indahnya dunia ini. Apalagi untuk melakukan korupsi, membeli hal – hal yang memang tidak perlu untuk dibeli pun tidak !
Subhanallah..

If Today Is The Last Day

Diposting oleh nuratnamukti di 09.10 0 komentar
Andai kau tahu, ini hari terakhirmu...

Inikah yang hendak kau kerjakan?
1. mengingat dosa dan bertaubat nasuha dari segala dosa dan memperbanyak istighfar.
2. membersihkan rumah dari barang dan peralatan haram yang membuat malu di dunia dan menjadi beban di akhirat.
3. menunaikan shalat dengan berjamaah di masjid, dengan tuma'ninah dan sekhusyu' mungkin.
4. tidak beranjak dari tempat shalat sebelum membaca dzikir yang disyariatkan dengan penuh konsentrasi.
5. meminta maaf kepada orang yang telah dizhalimi, baik kezhaliman dalam bentuk ucapan, perilaku maupun hubungannya dengan harta.
6. menyampaikan titipan amanah kepada yang berhak menerimanya.
7. memperbanyak membaca al-quran, setelah sekian lama ditinggal.
8. membasahi bibir dengan dzikrullah di setiap waktu dan kondisi.
9. memperbanyak sedekah kepada orang yang membutuhkannya.
menjauhi segala dosa yang tidak berguna.
10. menjauhi segala dosa dan yang tidak berguna.

Jika demikian, mengapa tidak kau kerjakan semuanya hari ini?
Bisa jadi, ini hari terakhirmu...

"Sesungguhnya amal (yang paling mementukan) adalah amal terakhirnya." (HR. Bukhari)


dikutip dari sobekan majalah Ar-Risalah di rumah, ternyata walau kayanya cuma sobekan, isinya bagus dan menginspirasi..

Sabtu, 27 Agustus 2011

Orang Baik Masih Ada

Diposting oleh nuratnamukti di 09.48 0 komentar


“Hari gini mana ada yang gratis??” 
“Hari gini mah udah ngga ada orang yang baik.. orang yang bisa dipercaya..”
Sering ngga kalian denger pernyataan kayak di atas tadi? Kalo aku sih sering ya.. biasanya tuh ibuk – ibuk yang asyik nongkrong di warung sambil nggosipin, dari nggosipin tetangga sebelah sampai artis di tivi, bahkan pemerintahan Indonesia ini.
Sebenarnya bener ngga sih yang ibuk – ibuk katakan tadi? Ya, di satu sisi memang benar, tapi di sisi lain, siapa yang menjamin. Dunia ini semakin hari semakin ‘aneh’. Orang jahat, kejam, nakal, dan yang jelek – jelek lainnya (seperti peran antagonis dalam sebuah sinetron) makin banyak, berkembang biak dengan cepat. Namun di sisi lain, orang baik, sopan, halus tutur katanya, baik budinya, dan lain – lain sifat yang baik (protagonisnya nih) juga Alhamdulillah bertambah. Aku memang tidak tahu pasti manakah yang jumlahnya lebih besar, namun aku bisa melihat itu di sekitar kita saja. Lihat aja di berita, banyak kasus – kasus kriminal yang uh, engga banget deh, dari yang nyolong ayam, kakek memperkosa cucunya, anggota DPR yang berbuat mesum dengan penyanyi dangdut, sampai kasus akidah seperti orang yang makan mayat, antri berobat di dukun sampai kaya antri sembako dan masih banyak lagi. Sekarang, lihat juga sisi lain. Di kampus contohnya yang terdekat. Sekarang, mentoring, liqo atau halaqah adalah hal yang biasa di masjid – masjid, dan sudah tidak dianggap aneh lagi. Banyak akhwat – akhwat, ikhwan – ikhwan yang berkeliaran di jalan. Banyak film – film layar lebar yang mengangkat islam, dan banyaknya partai islam juag salah satu indikator (walaupun ideology mereka tak sama).
Jadi, hari gini masih ada lho orang baik, dan doakan semoga bertambah. Kalo barang gratis? Lihat ceritaku..
Sore itu sekitar jam setengah 4, cuacanya memang tak panas. Bahkan hujan baru saja turun. Aku jalan sendirian, menyusuri jalanan di Undip dengan pelan. Sambil sesekali menengok belakang untuj melihat ada angkot yang lewat atau tidak. Sore itu hari Ahad. Jadi ya memang jarang sekali angkot yang berkeliaran di kampus. Tapi, harapan itu masih ada (lho?). maksudku berharap ada angkot tak ada salahnya kan? Ku berjalan dari gedung perpustakaan Undip “Widya Puraya”. Aku bertekad kalau sampai nanti ngga ada angkot, berarti aku jalan kaki sampai ke kosku yang ada di jalan banjarsari. Kalo kamu anak undip pasti tau. Kalau bukan, aku kasih tau, jadi dari widya puraya sampai banjarsari lumayan jauh. Kurang lebih satu sampai satu setengah kiloan, pokoknya lumayan banget deh kalo jalan kaki. Lumayan bisa buat kaki begel – pegel, keringat bercucuran, dan sebagainya.
Tapi Alhamdulillah, ketika aku sampai di bundaran ex-Mandiri, (kalo yang anak Undip pasti tau, tapi kalo yang ngga tau, itu ya sekitar setengah kiloan deh..) tiba-tiba ada motor yang mendekatiku dan ngerem tepat di sampingku. Wah, akhwat nih.. Pengendara motor yang mbak-mbak akhwat itu membuka kaca helm-nya. Aku poikir-pikir sejenak.. sepertinya aku tidak kenal dengan sosoknya.
“Ayo dek, ikut..”
Saat itu aku ngga piker-pikir. Insyaallah aku percaya sama mbaknya.. insyaallajh identitas yang beliau pakai sudah cukup membangun kepercayaanku. Nggak tau juga tuh aku tanpa malu-malu, tanpa basa-basi langsung deh naik itu motor. Mungkin emang dasarnya udah capek jalan kali ya.. jadi ngga mikir tuh mbak ukhti itu mau menculikku atau membawaku ke tempat yang aku nggak tau.. hahaa.. #korban sinetron.
“makasih ya mba..” ya Cuma itu yang aku ucapin, dan itu aku ucapkan ketika aku sudah duduk manis di jok empuk motor mbak akhwat tadi.
“iya dek sama-sama.. wismanya mana?” sekali lagi kutuliskan, kalo anak Undip mah insyaallah tau wisma itu apa.. tapi bagi yang nggak tau, akan aku jelaskan. Jadi, wisma itu sebuah rumah kos-kosan berbasis pembinaan, khususnya pembinaan islam. Jadi ada wisma untuk ikhwan dan akhwat. Nah, di dalam wisma (khususnya wisma akhwat) penghuninya harus berjilbab. Satu wisma biasanya dihuni oleh mahasiswa-mahasiswa satu fakultas, mungkin agar kultur belajarnya sama atau sejenis. Oke, cukup masalah wisma.
“saya di wisma Tsabita mba..”
Wah, sepertinya wismaku yang satu itu memang cukup terkenal di kalangan ikhwah. Eh engga ding, temen-temenku yang notabene anak gaul juga tau, kalo kos ku bernama wisma Tsabita. Siapa dulu yang mempopulerkan.. (emang siapa? Aku juga nggak tau.. hehe)
Ok, kenapa aku bisa bilang wismaku terkenal. Karena mbak – mbak akhwat tadi menurunkanku di persis pintu gerbang wisma ku.
“ok, jazakillah ya mbak..” itu yang aku ucapkan, ucapan terima kasih, saat aku turun dari motornya si embak tadi..
“ok, waiyyaki.. duluan ya dek..”
Soo..
Tuh kan, sebenernya masih banyak orang baik di dunia ini. Dan masih ada barang (mungkin tepatnya jasa) yang gratis. Tadi Cuma salah satu contoh aja. Dan aku yakin, kalian punya cerita masing-masing kan? Ini ceritaku, apa ceritamu?? ^^

Minggu, 21 Agustus 2011

Muhasabah di Tepi Jalan

Diposting oleh nuratnamukti di 16.24 0 komentar
Di saat aku berada dalam kejenuhan di kota rantauan, sekaligus kota harapan, Semarang. Di saat keinginan pulang ke kampung halaman (bukan kampung juga si sebenernya) memuncak hingga mencapai titik kulminasi tertinggi, ada suatu hal yang mungkin tak dapat menghapus rasa rindu pada rumah, namun setidaknya aku bisa melupakannya sejenak. Dan yang pasti, dapat diambil suatu sisi positif yang menambah rasa syukurku pada Allah SWT.

6 Agustus 2011 - 6 Ramadhan 1432 H. Sore itu aku mengikuti agenda organisasi yang aku ikuti yaitu buka bersama anak-anak jalanan Satu Atap di Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang. Sebenarnya aku malas mengikutinya, karena hari itu, sejak pagi aku sudah kehilangan semangatku. Dari pagi setelah sahur, sakit maag-ku kambuh lagi dan badanku sedikit panas. Hmm, mungkin ini salah satu faktor yang membuatku benar-benar ingin berkumpul bersama keluarga di rumahku yang mungil namun penuh kebahagiaan, hehe.. Namun, 'yang punya hajat' mengajakku sampai aku benar-benar tak kuasa menolaknya. Okelah, akhirnya aku ikut. 

Buka bersama bersama anak jalanan. Ya, itu agenda kami sore itu. Selama ini banyak agenda buka puasa bersama yang aku ikuti. Mulai dari buka puasa angkatan, buka puasa bersama teman-teman satu perjuangan, dan buka puasa organisasi yang aku ikuti. oh iya, jangan lupa buka puasa rame-rame di Masjid Kampus atau berburu takjil gratis, hehe.. Namun, selama Ramadhan ini, belum pernah sekalipun buka puasa bersama keluargaku di rumah.. miris ya. tapi ya sudahlah, amanah ini memang harus dilakoni. nyatanya di Semarang aku mash dibutuhkan, (semoga saja begitu).

Ok, lanjut ke acara buka bersama anak jalanan. Seperti kita ketahui yah, rasanya males banget kalo di jalan kita diganggu anak – anak jalanan. Yang mengemis lah, yang ngamen dengan suara seadanya lah. Benar – benar tidak enak dilihat. Sebuah negara yang luas, kaya akan sumber daya alam, namun masyarakatnya tak terpenuhi kebutuhannya, masyarakatnya benar-benar dekat sekali dengan kemiskinan. Kita mempunyai berhektar – hektar sawah dan kebun, namun rakyatnya kelaparan. Kita mempunyai banyak manusia – manusia, yang eharusnya bisa jadi asset bangsa, namun apa yang kita lihat, manusia itu justru berebut kehidupan dengan yang lain. Tidak berketerampilan, tidak berpendidikan, tidak berperilaku yang baik, dan yang miris lagi tidak menanamkan agama dalam dirinya. Dan salah satu output akan berbagai masalah kompleks kita tersebut adalah maraknya anak – anak jalanan. Anak – anak yang hidup di jalan, bekerja di jalan, makan dari jalan, bahkan kadang bertempat tinggal di jalan. Jalan adalah kehidupannya. Mereka bangun pagi untuk mencari recehan hasil belas kasihan pengguna jalan. Sampai siang, sore, malam baru pulang. Mereka yang tak punya tempat tinggal, tidur beralaskan tanah, beratapkan langit, ditemani nyamuk – nyamuk dan dinginnya angin malam. Berbeda dengan anak – anak lain di seberang sana. Mereka bangun pagi untuk sekolah, pulang lalu bermain, ceria, tertawa, sorenya mereka mempunyai agenda les masing – masing, dan malamnya tidur dengan nyenyak di kasur empuk dan hangatnya selimut.

Dan kali ini, aku bersama mereka. Mereka yang hidup di jalanan itu. Mereka yang lusuh, kumal, dengan kulit gosong karena matahari, kaki yang tidak beralas, rambut tak kena sisir, dan kadang hidung yang ingusan. Namun ada satu yang membuat mereka istimewa. Keceriaan mereka, tawa mereka, senyum mereka. Polos. Unik. Dan ikhlas, sangat ikhlas dan apa adanya.

“Kak, gendong..” sahut anak perempuan kecil di belakangku.
Oh, tidak, aku yang selama ini tak punya adik, menjadi paling kecil dalam keluarga, yang biasa dimanja.. Sekarang, anak ini meminta gendong kepadaku. Tapi tak kuasa aku menolaknya. Peancaran matanya membuatku iba. Aku gendong dia. Lumayan berat, ya karena dia berusia lima tahun. Namun aku menikmatinya. Dia begitu dekat denganku, tak mau lepas dari gendonganku, bercerita banyak kepadaku. Namanya Rani. Usia lima tahun. Alhamdulillah, dia masih diberi kesempatan mengenyam pendidikan. Di duduk di TK nol besar. Dia pamerkan bahwa dia bisa menyanyi dengan menyanyi, masih digendonganku. Aku berpikir, dia begitu senang, dekat, padahal kami baru bertemu. Aku melihat, anak – anak ini memang kurang diperhatikan, kurang kasih sayang.

Aku senang berkenalan dengan mereka, dengan mereka yang menyebalkan di jalan. Yang mengemis – ngemis dengan kadang memaksa. Yang mengamen dengan suara sumbangnya. Bukan. Bukan keinginan mereka untuk mempunyai kehidupan seperti itu. Bukan pilihan mereka. Karena mereka tak punya pilihan lagi.

Berkaca dari mereka. Tubuhku lengkap tanpa kekurangan suatu apapun. Keluargaku pun lengkap dan sayang kepadaku. Dan Alhamdulillah, aku selalu diberi kemudahan dalam menggapai cita – citaku. Dan kini, bersyukur bisa menjadi seorang mahasiswa di Universitas Diponegoro, salah satu PTN yang kursinya diperebutkan orang se-Indonesia. Dan bersyukur karena hingga kini, aku tak perlu payah mencari uang untuk makanku. Bersyukur karena semua fasilitas itu kumiliki. Bersyukur karena aku bisa di sini. Bersyukur karena kau bisa berbagi. Bersykur karena aku dipertemukan dengan mereka. Bersyukur karena aku bisa berada dalam momen yang bisa membuat aku bersyukur.

 

live and life Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea