Senin, 20 Juni 2011

Saran Untuk Mata Kuliah Tekom

Diposting oleh nuratnamukti di 23.22 0 komentar
Mata kuliah Teknik Komunikasi also known as Tekom, merupakan salah satu mata kuliah di Semester 2 ini. Mata kuliah ini bisa dibilang susah-susah gampang, tapi tetep asyik. Asyik  karena makul ini tidak ada ujiannya, baik itu ujian tengah semester maupun akhir semester. Selain itu, di sinilah, kita diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam sarana berkomunikasi, dari membuat banner, blog, sampai film ! Asyiknya lagi ketika membuat blog, jadi kita mengerjakan tugas, tapi sensasinya tidak serasa mengerjakan tugas, hehe..
Namun susahnya adalah ketika harus bolak balik asistensi banner yang salah-salah.. Apalagi ketika membuat film yang sungguh menguras tenaga, pikiran, waktu, bahkan biaya!
Bayangkan ketika panas-panas kita melakukan hal yang tak biasa kita lakukan, acting! Kayaknya kalo kita liat artis-artis beracting ria, kayaknya enak ya.. wah, gilak cuma gitu doang mereka dapet duit! begitu dulu pikirku. Tapi ternyata, beracting bukanlah hal yang mudah, apalagi ketika sudah mulai lupa-lupa naskah, pokoknya susah susah gampang deh !

Ya sebenarnya penugasan makul ini sudah baik.. jadi kita tak hanya diajarkan teori dan teori, tapi langsung praktek. Ini yang sebenarnya perlu dicontoh oleh sistem pendidikan kita. Tak hanya menghafalkan teori-teori, definisi-definisi, dan berbagai hukum-hukum, namun kita memahami bagaimana itu terjadi, bagaimana akhirnya kita memahami sendiri tanpa menghafal, dan yang pasti bagaimana kita mempraktekkan apa yang telah kita pelajari di kelas. nice !

Review Tema Tugas : Wisata Budaya Nusantara

Diposting oleh nuratnamukti di 22.37 0 komentar
...Jika anda harus memilih, mana yang anda pilih, berwisata ke luar negeri atau dalam negeri? 
Lalu tempat wisata seperti apa yang anda pilih untuk dikunjungi? apakah tempat bermain seperti dufan, ancol, atau wisata budaya seperti keraton, museum, bangunan bersejarah lainnya?....


Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. (wikipedia)
Yang menarik di sini adalah kalimat, diwarisakan dari generasi ke generasi. Namun apakah itu kenyataannya? Justru yang saya lihat, budaya kita, dari generasi ke generasi semakin luntur kecintaannya. Salah satu bentuk budaya Indonesia tercermin dalam wisata-wisata yang ada di Indonesia.

Namun, menurut saya, wisata budaya di negara kita tercinta, Indonesia, telah banyak dikesampingkan para wisatawan dalam negeri. Suatu saat saya berkunjung ke Keraton Jogjakarta, ke Istana Mangkunegaran Solo, dan berbagai tempat wisata berbasis kebudayaan lain. Dan satu yang menarik perhatian saya.. Wisatawan dari luar negeri justru lebih banyak daripada wisatawan dalam negeri.


Saya heran, mereka yang dari luar negeri saja tertarik dengan budaya yang Indonesia miliki. Namun, kita sebagai warga negara Indonesia kurang tertarik dan peduli dengan budaya kita sendiri. Banyak dari orang-orang kaya itu pergi pelesir jauh-jauh ke luar negeri.. Padahal di Indonesia banyak terdapat wisata yang jauuh lebih indah dibandingkan di luar negeri. Ironis memang..


kita tidak bangga dengan apa yang kita miliki. Kita seakan tidak peduli. Namun, jika budaya tersebut telah direbut negara lain, seperti yang terjadi di beberapa waktu lalu, barulah kita sadar, barulah kita koar-koar, barulah kita terbangun, barulah kita peduli., sok-sokan menjaga.. Apa itu?? Itukah tanda cinta? begitukah tanda memiliki? jawab dengan hati anda masing-masing..


Jika anda mengaku anak bangsa, cintai budaya kita.. Ringan caranya. Apabila dikaitkan dengan tema posting saya, kita cukup dengan mengunjungi wisata budaya kita, mengerti apa arti dibalik wisata budaya tersebut, mengagumi, mencintai dan memamerkan kepada dunia luar bahwa kita memiliki budaya yang unik dan eksotis !


Banyak wisata budaya di sekitar kita. Di Semarang saja contohnya, ada berbagai macam wisata budaya bahkan bangunan - bangunan bersejarah. Sebagai contoh kawasan kota lama, lawang sewu, bahkan wisata kelenteng Sam Po Kong. Semuanya memiliki keunikan masing-masing. Untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut tentang wisata budaya klik di sini, dan khusus wisata budaya di Semarang klik di sini.


Maka, sebagai bentuk wujud kecintaan dan kepedulian serta tak lupa kecintaan kami kepada wisata budaya nusantara yang kita miliki, kami memilih tema WISATA BUDAYA NUSANTARA sebagai tema tigas besar Teknik Komunikasi kami.. Ini hanyalah sedikit bentuk kecintaan kami, dengan mengenalkan wisata budaya busantara dengan cara kami sendiri..

Rabu, 15 Juni 2011

Tiga Hari Penuh Arti (part 1)

Diposting oleh nuratnamukti di 08.12 0 komentar
Rabu, 9 juni 2011, dengan diantar bus warna hijau bertuliskan SAFARI di depannya, kami (aku, tyas, dan arifah) meluncur ke Solo. Tujuan kami adanlah memenuhi undangan dari Panitia LKTIN FILM SIM UNS XI.. Dengan senang hati kami meluncur ke Solo.. dengan penuh pengorbanan, yaitu mengejar tugas - tugas yang harus dikumpulkan pada hari dimana kami sedang di Solo..

For me, it,s my first time and first experience.. Kami lolos LKTIN dan mengharuskan kami untuk presentasi..
Dan tahukah kalian? kami adalah satu-satunya tim dari angkatan 2010. Tim dari universitas lain sudah jauh berpengalaman, karena mereka dari angkatan 2009, 2008, bahkan ada yang 2007. Yaa.. mungkin itu yang membuat kami kurang totalitas. KArena kami termuda, sehingga kami tidak memiliki beban dibandingkan angkatan 'tua' yang memiliki keprofesionalan jauh di atas kami. Sehingga, ketika kami tidak masuk 3 besar, kami biasa saja (khususnya aku). Namun berbeda dengan kakak - kakak lain dari angkatan atas yang terlihat kecewa ketika diputuskan tidak masuk tiga besar..

Eh, ada lagi yang mau kuceritakan.. kami dapat undian nomor satu, yang artinya kami harus presentasi untuk yang pertama kalinya! Bayangkan, seorang anak kecil yang belum berpengalaman maju pertama dilihat dari kakak-kakak di tingkat atasnya yang sudah berpengalaman.. rasanya hanya ingin ketawa-ketawa, campur deg-degan, takut, all in one. Dan yang pasti susah dijelaskan..

Apalagi ketika ada satu dewan juri yang mengajukan pertanyaan yang kami semua tidak tahu jawabannya.. Kami berdiskusi namun tak ada hasil. Jadi kami sama- sama bingung intinya.. Haha.. it's unforgetable moment... 

tapi pengalaman ini tak akan tergantikan, sangat berharga.. apalagi melihat tim lain yang sangat baik presentasinya.. ya bisa dijadikan contoh presentasi jika kami lolos lagi di lain lomba (amiin), atau juga bahkan yang paling dekat, cara mereka presentasi bisa dijadikan rujukan untuk presentasi di depan kelas dan dosen..

Ohya, berikut adalah suasana waktu-waktu tersebut..

aku dan tyas menunggu giliran untuk presentasi

Saat kami presentasi

Suasanayang cukup menegangkan


Setelah presentasi, kita foto-foto deh. Yang di tengah adalah wakil dari UIN Yogyakarta

Tim UNDIP bersama Tim UIN Yogyakarta

Sebenarnya masih banyak lagi cerita dan foto yang lain.. Tunggu yaa..

UPACARA RUWATAN RAMBUT GEMBEL PESONA BUDAYA DATARAN TINGGI DIENG

Diposting oleh nuratnamukti di 05.24 0 komentar
Nur Ratna Mukti
21040110120022


Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) adalah kawasan wisata yang berada di tengah wilayah kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah. Secara administrasi, Dieng mencakup Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Kawasan ini berketinggian 2088 meter di atas permukaan laut. Sehingga tak heran, suhu kawasan tersebut cukup dingin, yaitu sekitar 10o-20o C. Bahkan pada musim kemarau, kawasan ini bisa mencapai 0o C pada pagi hari.
Nama Dieng memiliki sejarah tersendiri. Seperti yang penulis kutip dalam www.wisatamelayu.com,
“Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu di yang berarti gunung dan hyang dari kata khayangan, yang artinya tempat tinggal para dewa dan dewi. Bila digabungkan, nama dieng berarti pegunungan tempat tinggal para dewa dan dewi. Tapi ada sumber lain yang menyebutkan, Dieng berasal dari kata dalam bahasa Jawa, yaitu edi yang berarti indah/cantik dan aeng yang berarti aneh. Jadi dieng berarti tempat yang indah dan punya keanehan.
Dieng memang lebih terkenal akan wisata alamnya yang mempesona, seperti Candi Dieng, Telaga Warna, Kawah Canderadimuka. Namun ada satu kebudayaan yang tak kalah menarik di kawasan bersuhu dingin tersebut. Di kawasan Dieng, terkenal akan budaya pemotongan rambut gembel atau disebut upacara ruwatan. Bahkan budaya ini telah terkenal sampai ke mancanegara. Tak heran, jika di Dieng sedang melakukan ritual ini, banyak pengunjung datang, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Memang anak – anak asli Dieng mempunyai keunikan tersendiri. Sejak dilahirkan,  rambut mereka sudah gembel atau gimbal. Bahkan dalam matanews.com menyebutkan bahwa menurut pemangku adat masyarakat Dieng, Mbah Naryono (60 tahun) meyakini anak-anak berambut gembel ini adalah anak bajang titipan Kyai Kolodete (tokoh yang dipercaya membuka kawasan dataran tinggi Dieng).
Berdasarkan kepercayaan warga sekitar, rambut gimbal tersebut dapat membawa marabahaya atau membawa sial. Oleh karenanya, rambut gembel tersebut harus dipotong atau dicukur. Namun proses mencukurnya tidaklah mudah. Harus melalui ritual atau upacara adat yang biasa disebut upacara ruwatan. Konon, jika pencukuran rambut gembel dilaksanakan tanpa melalui proses upacara ruwatan, maka rambut gembel akan tumbuh kembali, namun jika melalui proses ruwatan, rambut gembel tidak akan tumbuh lagi sampai anak tersebut tumbuh dewasa. Ruwatan sendiri berasal dari kata ruwat  yang artinya membuang. Jadi diharapkan setelah ruwatan, bala yang dibawa anak tersebut hilang dan berbalik membawa rezeki.
Waktu upacara itu sendiri dilakukan berdasarkan weton (hari kelahiran sang anak). Sedangkan pelaksanaan upacara dihitung berasarkan neptu (nilai kelahiran anak yang akan diruwat). Ritual ini harus dilakukan sesuai permintaan anak. Sehingga orang tua tidak memaksa si anak untuk mencukur rambut gembelnya sebelum si anak berkehendak. Selain itu upacara diadakan sesuai dengan kemampuan dana dari orang tua. Karena dana untuk ruwatan memang tidaklah sedikit. Hal ini dikarenakan, dalam upacara ruwatan, anak biasanya mengajukan suatu permintaan. Permintaan tersebut harus dipenuhi oleh orang tuanya, apabila tidak akan mendatangkan musibah.

Prosesi Ritual Ruwatan
Dalam mengadakan upacara ruwatan ini juga diperlukan persiapan khusus seperti benda-benda sesaji. Sesaji yang digunakan meliputi tumpeng, ingkung ayam (ayam besar utuh), gunting, mangkuk dan air berisi bunga setaman, beras, 2 buah uang, payiung, jajanan pasar dan 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih, susu, jawawut serta permintaan anak yang diruwat.
Acara dibuka dengan sambutan-sambutan oleh salah satu pelaksana upacara. Setelah sambutan – sambutan, anak yang akan dicukur dibawa ke sumur maerokoco di kompleks Candi Dieng.  Lalu dukun mulai memandikan anak berambut gembel dengan diiringi bebunyian gamelan. Air yang dipakai oleh sang dukun diambil dari mata air yang dianggap bertuah di Dataran Tinggi Dieng, yaitu di Sumur Maerokoco tersebut.
Kemudian setelah dimandikan sesaji-sesaji pun disiapkan. Sesaji tersebut biasanya  memiliki arti tersendiri. Misalnya tumpeng nasi putih yang ditancapkan buah-buahan. Nasi putih menunjukkan kepala, sedangkan buah-buahan menunjukkan rambut gembelnya. Sesaji tersebut diletakkan di sekitar Candi Arjuna. Anak yang diruwat dibawa ke candi tersebut dengan cara digendong oleh orang tuanya.
Setelah segala sesaji untuk upacara telah lengkap semua maka sang dukun pun memanjatkan doa di sebuah kemenyan. Lalu dukun tersebut mengasapi kepala sang anak yang akan dicukur dengan asap kemenyan yang telah didoakan tadi. Selanjutnya barulah sang dukun memotong rambut gimbal anak tersebut. Proses mencukurnya yaitu dengan memasukkan cincin yang dianggap memiliki kekuatan magis ke tiap helai rambut gembel tersebut dan mencukurnya satu-satu. Setelah rambut gembel tersebut dipotong, rambut tersebut dibungkus dengan kain putih atau kain kafan. Selanjutnya dilarung atau dihanyutkan di Telaga Warna atau sungai-sungai yang ada di Dieng. Dengan dilarungnya rambut gimbal ke sungai atau ke Telaga Warna dengan, maka berakhirlah acara prosesi upacara ruwatan cukur rambut gimbal ini.
Untuk lebih menarik wisatawan, ritual upacara pencukuran rabut gembel tersebut dikemas dalam Dieng Culture Festival. Pemerintah setempat, yaitu Dinas Pariwsata dan Budaya Kabupaten Banjarnegara yang  menggagas dan mengadakan event Dieng Culture Festival tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengenalkan kultur Dieng kepada masyarakat umum, baik dalam negeri maupun luar negeri. Namun dalam Dieng Culture Festival tak hanya ritual pencukuran rambut gembel saja yang dipamerkan namun ada juga pameran produk-produk unggulan Dataran Tinggi Dieng, seperti kuliner dan kerajinan-kerajinan. Selain itu juga untuk lebih memeriahkan acara, diselenggarakn pula Pentas Seni dan Budaya. Dieng memiliki seni dan budaya yang khas Dieng serta khas Banjarnegara seperti tari topeng, rampak, warok, dan sebagainya.
Dieng kini memang telah terkenal ke telinga para wisatawan. Tak jarang wisatawan menyempatkan berkunjung ke Dieng untuk melihat keajaiban – keajaiban alam di sana. Namun di sisi lain, Dieng Plateau memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya. Budaya tersebut tidaklah hanya disimpan, namun harus dijaga dan dilestarikan. Karena itu adalah warisan dari generasi kita yang memperindah kultur budaya di Indonesia. Alangkah lebih baiknya lagi apabila kita bisa membuat budaya tersebut sebagai suatu hal yang menarik dan memiliki nilai plus, yaitu menjadikannya obyek wisata.

Sumber :
http://matanews.com. 2010. “Pesona Alam dan Gimbal Bocah Dieng,” diunduh pada 3 April 2011 pukul 20.00.
http://www.e-wonosobo.com. 2010. “Prosesi Potong Rambu Gimbal Anak Lereng Dieng,” diunduh pada 3 April 2011 pukul 20.00.
http://equator-indonesia.com. 2010. “Cukur Rambut Gembel di Dieng Culture Festival,” diunduh pada 3 April 2011 pukul 20.00.
http://www,banjarnegarakab.com. 2010. “Dieng Culture Festival,” diunduh pada 3 April 2011 pukul 20.00.
http://www.diengplateau.com. 2010. “DFC – Dieng Culture Festival,” diunduh pada 3 April 2011 pukul 20.00.
http://regional.kompas.com. 2010. “Si Gimbal Diruwat Ribuan Orang Melihat,” diunduh pada 3 April 2011 pukul 20.00.

Selasa, 14 Juni 2011

Behind The Scene : Sam Po Kong 1001 Legenda

Diposting oleh nuratnamukti di 11.52 0 komentar

Panasnya matahari siang hari tak melunturkan semangat kami untuk mengeluarkan bakat terpendam kami, yaitu acting, haha..
Latar yang kami ambil yaitu lokasi kampus, suasana pedesaan dan yang pasti Kelenteng Sampokong, Semarang. Ceritanya gini nih, Ada dua anak, Inung dan Tyas yang sedang merencanakan liburannya, akhirnya mereka memutuskan untuk ke Kelenteng Sam Po Kong. Karena budayanya yang unik, dan tidak ada duanya..

inung (jilbab kuning) dan tyas (jilbab hijau)

Nah sesampainya di sana, dia bertemu dengan Virga yang ceritanya sebagai Cik Yen atau pemandu. Akhirnya  Tyas dan Inung bertanya tentang legenda Sampokong tersebut. Dan Cik yen pun menceritakan panjang lebar legendanya.. begini ceritanya .....

Laksamana Cheng Ho (Bastian) bersama ajudannya, Wang King Kong (Paldibo) sedang berlayar, tapi Wang King Kong sakit keras. Akhirnya mereka harus transit di Semarang.
Di sana mereka bertemu penduduk pribumi. ada Zulinar as Julinem, dan Kenida as Ken Mbledes...ah langsung aja deh, jadiiii intinya itu Cheng Ho dan Wang King Kong sangat sedih berpisah dengan warga pribumi, udah betah tinggal di Semarang, dan ngga mau balik lagi.. 
Jadi tiga hari kemudian Wang King Kong menikah dengan Julinem. Dan pada suatu hari Wang King Kong sakit keras, sampai akhirnya meninggal. Wang King Kong dimakamkan di area tersebut dan dikenal sebagai Ki Dampo Awang.
Warga berinisiatif membangun sebuah kelenteng untuk mengenang jasa Laksamana Cheng Ho dan Wang King Kong yang telah membantu memakmurkan warga setempat. Sampai sekarang kelenteng itu dikenal sebagai Kelengteng Sam Po Kong.

Begitulah ceritanya..
Nah biar ngga bosen film tersebut kita beri sedikit lawakan - lawakan yang lucu (semoga..)

Di antara pengambilan film tersebut banyak sebenarnya perjuangan. Berjuang panas-panas naik motor. Eh di jalan motornya Bastian kena paku, jadi kita harus nunggu lamaaa buat nambal itu motor...

Jadi tak ada kesempurnaan tanpa adanya perjuangan dan pengorbanan.. Keep Fighting Kelompok 9... ^^

 tertawa. hal yang sering terjadi di tengah-tengah pengambilan gambar.

Walaupun lelah, tetap eksis berfoto ria.. 


gaya aneh julinem (kiri) dan ken mbledes (kanan) di tengah shooting

Senin, 13 Juni 2011

Latihan Jadi Artis

Diposting oleh nuratnamukti di 23.19 0 komentar
Siapa bilang jadi artis itu gampang? ya, sekarang aku merasakan gimana si rasanya jadi artis.. hehe.. Dan sekarang aku tak heran lagi, kenapa artis itu bayarannya mahal, kenapa artis itu rata-rata uangnya bnayak dan kaya.. Ya karena pekerjaan mereka memang susah.. Apalagi buat aku..
Pekerjaan itu susahnya luar biasa..
Susah ketika aku harus berperan sebagai orang lain yang bukan aku banget. Susah ketika harus menghafalkan teks naskah. Susah banget ketika harus berakting, ngomong di depan kamera tanpa melihatnya. Susah banget ketika harus menahan tawa saat lagi di-shoot. Susah banget ketika harus nahan malu diliatin orang waktu shooting.. ahahaa.. pokoknya susah deh..

Ya.. Begitulah sedikit luapan perasaanku waktu jadi 'artis dadakan'.. hehe.. Yup, benar! tugas teknik komunikasiku yang membuat aku harus jadi artis dadakan. yaa, lumayan asyik si.. tapi yan tadi itu, susahnya bukan maiin.. Apalagi ketika harus mengulang adegan yang sama berkali-kali karena salah - salah terus.. haha..

Penasaran ya?
Jadi kita (Nur Ratna Mukti, Ninik Wahyuning Tyas, Virgawasti Dyah, Zulinar Irfiyanti, Kenida Ajeng, Bastian Tri, dan Paldibo A. Sitorus) dapet tugas nih. Ceritanya suruh bikin film dengan tema WISATA BUDAYA NUSANTARA. Akhirnya kita memilih wisata kelenteng Sam Po Kong di Semarang untuk diangkat ke dalam tema kita.


Kelenteng Sam Po Kong : Lokasi Shooting kita

dari kiri ke kanan : Bastian, Virga, Zulinar, Kenida, Inung, Tyas, paldibo sebagai kameramannya.. hehe

Banyak cerita lucu deh pokoknya selama kita harus menjadi artis dadakan. Cerita mengenai kisah filmnya ada di postingan berikutnya ya.. tungguuu!

satu sampah seribu bencana

Diposting oleh nuratnamukti di 23.00 0 komentar
sampah kerap mengakibatkan bencana. Seperti kata dalam poster, yang merupakan tugas teknik komunikasi, yang saya buat, 1 SAMPAH SEMBARANGAN, 1000 BENCANA BERDATANGAN.


sampah, baik sampah plastik, sampah kertas, sampai sampah masyarakat, semuanya akan membawa bencana bagi bangsa kita.

Itu adalah pesan poster yang merupakan tugas mata kuliah teknik Komunikasi. Poster tersebut saya buat dari software Corel Draw X4. Saya memilih warna hijau karena tema yang saya ambil adalah lingkungan, lingkungan sangat erat kaitannya dengan warna hijau bukan?
Lalu untuk di bawahnya, terdapat berbagai macam gambar yang menggambarkan tentang sampah dan akibatnya, yaitu banjir. Gambar tersebut menerangkan dari kata yang ada di atas (1 sampah sembarangan, 1000 bencana berdatangan). Jadi sampah-sampah yang sembarangan dan tidak dikelola dengan baik seperti pada gambar, maka tak dapat dipungkiri akan mendatangkan bencana, salah satunya banjir.
Itulah maksud saya membuat poster ini.
Walaupun sederhana, semoga dapat menjadi inspirasi bagi siapapun yang melihatnya.. ^^

the last.. keep clean and be green !

Sampahmu, Masalah Kita Bersama

Diposting oleh nuratnamukti di 22.47 0 komentar
Sampah. Siapa yang tidak tahu satu kata tersebut. Menurut saya, sampah adalah suatu barang yang sudah tidak terpakai atau sisa-sisa pemakaian dari suatu barang lain, dan dibuang oleh pemiliknya. Jadi sampah bisa berarti banyak. Ada sampah rumah tangga seperti kertas, bungkus plastik kemasan, sisa-sisa sayur, botol-botol yang tidak terpakai, sampai makanan – makanan yang sudah basi. Adalagi sampah yang dikeluarkan oleh pabrik-pabrik atau yang biasa disebut limbah. Ada limbah cair ataupun limbah padat.
Sebenarnya tak ada yang salah dengan apa yang namanya sampah. Yang salah hanyalah pengelolaannya. Apabila sampah dikelola dengan baik, maka tak ada masalah ataupun bencana yang mengancam. Namun apabila sampah tidak dikelola dengan baik, ya tidak dapat dipungkiri akan menimbulkan masalah sedikit demi sedikit.
Berikut adalah hanya sebagian contoh bentuk sampah yang tidka dikelola dengan baik.


Nah, salah satu contoh nyata akibat dari pengelolaan sampah yang tidak tepat adalah seperti gambar sebagai berikut :



Lalu sebenarnya bagaimana pengelolaan sampah yang baik? Jawabannya hanya satu dan itu sudah tidak asing pastinya bagi teman-teman semua : BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA. Dalam hal ini, tempatnya adalah tempat sampah. Jadi kata – kata tersebut jangan disalahgunakan ok? :-)
Namun tampaknya masyarakat telah lupa dengan sepenggal kalimat yang padahal sebenarnya sudah terngiang sejak kita kecil. Akan tetapi mereka lupa, atau bukan lupa,tapi malas membuang sampah tersebut pada tempat yang tepat.
Jadi sebenarnya apa yang membuat mereka malas? Karena keberadaan tempat sampah memang tidak mencukupi kebutuhan sampah. Masyarakat biasanya membuang sampah sembarangan, karena mereka memang tidak menemukan tempat sampah di sekitar mereka. Nah itu yang sebenarnya harus dibenahi dari pemerintah. Ya mungkin terlalu jauh jika diserahkan langsung kepada pemerintah. Mungkin hakl terdekat dulu. Contohnya kampus jurusan kita. Maka perlu dikomunikasikan dengan kajur. Atau di kawasan lingkungan kos kita, maka perlulah komunikasi dengan ketua RT atau sebagainya. Namun, jika masyarakat cerdas, apabila mereka tidak menemukan tempat sampah terdekat, maka simpanlah dahulu sampah tersebut di kantong kita, dan baru masukkan ke tempat sampah jika kita telah menemukan tempat sampah. Namun sayangnya hanya sedikit orang-orang cerdas di Indonesia ini. Bahkan para mahasiswa yang merupakan orang akadems dan berpendidikan tinggi pun tak jauh dari apa yang namanya buang sampah sembarangan..
Teman – teman pasti juga sudah sangat paham dengan ‘teori perubahan sampah menjadi bencana’. Bagaimana sampah itu bisa menyebabkan banjir dan sebagainya. Saya kira sudah tahu ya, jadi tidak perlu saya sampaikan di post ini.
Maka sebelum sampah – sampah kita menjadi masalah nantinya, mulailah kita berubah. Berubah kea rah yang lebih baik dan benar. Ada slogan yang sering dikumandangkan pula, yaitu 3M. Yang artinya, mulailah dari diri kita, mulai dari diri sendiri, dan mulailah dari hal yang kecil.
Kita –mahasiswa- sebagai agent of change harusnya bisa menjadi contoh perubahan di masyarakat. Yuk berubah ke yang lebih baik , dengan cara yang sederhana -> usahakan buang sampah pada tempat sampah..
Kalau bukan kita, siapa lagi?? Kalau bukan sekarang, kapan lagi??
Yuk berubah ! Yuk jadi contoh ! ^^

Senin, 20 Juni 2011

Saran Untuk Mata Kuliah Tekom

Diposting oleh nuratnamukti di 23.22 0 komentar
Mata kuliah Teknik Komunikasi also known as Tekom, merupakan salah satu mata kuliah di Semester 2 ini. Mata kuliah ini bisa dibilang susah-susah gampang, tapi tetep asyik. Asyik  karena makul ini tidak ada ujiannya, baik itu ujian tengah semester maupun akhir semester. Selain itu, di sinilah, kita diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam sarana berkomunikasi, dari membuat banner, blog, sampai film ! Asyiknya lagi ketika membuat blog, jadi kita mengerjakan tugas, tapi sensasinya tidak serasa mengerjakan tugas, hehe..
Namun susahnya adalah ketika harus bolak balik asistensi banner yang salah-salah.. Apalagi ketika membuat film yang sungguh menguras tenaga, pikiran, waktu, bahkan biaya!
Bayangkan ketika panas-panas kita melakukan hal yang tak biasa kita lakukan, acting! Kayaknya kalo kita liat artis-artis beracting ria, kayaknya enak ya.. wah, gilak cuma gitu doang mereka dapet duit! begitu dulu pikirku. Tapi ternyata, beracting bukanlah hal yang mudah, apalagi ketika sudah mulai lupa-lupa naskah, pokoknya susah susah gampang deh !

Ya sebenarnya penugasan makul ini sudah baik.. jadi kita tak hanya diajarkan teori dan teori, tapi langsung praktek. Ini yang sebenarnya perlu dicontoh oleh sistem pendidikan kita. Tak hanya menghafalkan teori-teori, definisi-definisi, dan berbagai hukum-hukum, namun kita memahami bagaimana itu terjadi, bagaimana akhirnya kita memahami sendiri tanpa menghafal, dan yang pasti bagaimana kita mempraktekkan apa yang telah kita pelajari di kelas. nice !

Review Tema Tugas : Wisata Budaya Nusantara

Diposting oleh nuratnamukti di 22.37 0 komentar
...Jika anda harus memilih, mana yang anda pilih, berwisata ke luar negeri atau dalam negeri? 
Lalu tempat wisata seperti apa yang anda pilih untuk dikunjungi? apakah tempat bermain seperti dufan, ancol, atau wisata budaya seperti keraton, museum, bangunan bersejarah lainnya?....


Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. (wikipedia)
Yang menarik di sini adalah kalimat, diwarisakan dari generasi ke generasi. Namun apakah itu kenyataannya? Justru yang saya lihat, budaya kita, dari generasi ke generasi semakin luntur kecintaannya. Salah satu bentuk budaya Indonesia tercermin dalam wisata-wisata yang ada di Indonesia.

Namun, menurut saya, wisata budaya di negara kita tercinta, Indonesia, telah banyak dikesampingkan para wisatawan dalam negeri. Suatu saat saya berkunjung ke Keraton Jogjakarta, ke Istana Mangkunegaran Solo, dan berbagai tempat wisata berbasis kebudayaan lain. Dan satu yang menarik perhatian saya.. Wisatawan dari luar negeri justru lebih banyak daripada wisatawan dalam negeri.


Saya heran, mereka yang dari luar negeri saja tertarik dengan budaya yang Indonesia miliki. Namun, kita sebagai warga negara Indonesia kurang tertarik dan peduli dengan budaya kita sendiri. Banyak dari orang-orang kaya itu pergi pelesir jauh-jauh ke luar negeri.. Padahal di Indonesia banyak terdapat wisata yang jauuh lebih indah dibandingkan di luar negeri. Ironis memang..


kita tidak bangga dengan apa yang kita miliki. Kita seakan tidak peduli. Namun, jika budaya tersebut telah direbut negara lain, seperti yang terjadi di beberapa waktu lalu, barulah kita sadar, barulah kita koar-koar, barulah kita terbangun, barulah kita peduli., sok-sokan menjaga.. Apa itu?? Itukah tanda cinta? begitukah tanda memiliki? jawab dengan hati anda masing-masing..


Jika anda mengaku anak bangsa, cintai budaya kita.. Ringan caranya. Apabila dikaitkan dengan tema posting saya, kita cukup dengan mengunjungi wisata budaya kita, mengerti apa arti dibalik wisata budaya tersebut, mengagumi, mencintai dan memamerkan kepada dunia luar bahwa kita memiliki budaya yang unik dan eksotis !


Banyak wisata budaya di sekitar kita. Di Semarang saja contohnya, ada berbagai macam wisata budaya bahkan bangunan - bangunan bersejarah. Sebagai contoh kawasan kota lama, lawang sewu, bahkan wisata kelenteng Sam Po Kong. Semuanya memiliki keunikan masing-masing. Untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut tentang wisata budaya klik di sini, dan khusus wisata budaya di Semarang klik di sini.


Maka, sebagai bentuk wujud kecintaan dan kepedulian serta tak lupa kecintaan kami kepada wisata budaya nusantara yang kita miliki, kami memilih tema WISATA BUDAYA NUSANTARA sebagai tema tigas besar Teknik Komunikasi kami.. Ini hanyalah sedikit bentuk kecintaan kami, dengan mengenalkan wisata budaya busantara dengan cara kami sendiri..

Rabu, 15 Juni 2011

Tiga Hari Penuh Arti (part 1)

Diposting oleh nuratnamukti di 08.12 0 komentar
Rabu, 9 juni 2011, dengan diantar bus warna hijau bertuliskan SAFARI di depannya, kami (aku, tyas, dan arifah) meluncur ke Solo. Tujuan kami adanlah memenuhi undangan dari Panitia LKTIN FILM SIM UNS XI.. Dengan senang hati kami meluncur ke Solo.. dengan penuh pengorbanan, yaitu mengejar tugas - tugas yang harus dikumpulkan pada hari dimana kami sedang di Solo..

For me, it,s my first time and first experience.. Kami lolos LKTIN dan mengharuskan kami untuk presentasi..
Dan tahukah kalian? kami adalah satu-satunya tim dari angkatan 2010. Tim dari universitas lain sudah jauh berpengalaman, karena mereka dari angkatan 2009, 2008, bahkan ada yang 2007. Yaa.. mungkin itu yang membuat kami kurang totalitas. KArena kami termuda, sehingga kami tidak memiliki beban dibandingkan angkatan 'tua' yang memiliki keprofesionalan jauh di atas kami. Sehingga, ketika kami tidak masuk 3 besar, kami biasa saja (khususnya aku). Namun berbeda dengan kakak - kakak lain dari angkatan atas yang terlihat kecewa ketika diputuskan tidak masuk tiga besar..

Eh, ada lagi yang mau kuceritakan.. kami dapat undian nomor satu, yang artinya kami harus presentasi untuk yang pertama kalinya! Bayangkan, seorang anak kecil yang belum berpengalaman maju pertama dilihat dari kakak-kakak di tingkat atasnya yang sudah berpengalaman.. rasanya hanya ingin ketawa-ketawa, campur deg-degan, takut, all in one. Dan yang pasti susah dijelaskan..

Apalagi ketika ada satu dewan juri yang mengajukan pertanyaan yang kami semua tidak tahu jawabannya.. Kami berdiskusi namun tak ada hasil. Jadi kami sama- sama bingung intinya.. Haha.. it's unforgetable moment... 

tapi pengalaman ini tak akan tergantikan, sangat berharga.. apalagi melihat tim lain yang sangat baik presentasinya.. ya bisa dijadikan contoh presentasi jika kami lolos lagi di lain lomba (amiin), atau juga bahkan yang paling dekat, cara mereka presentasi bisa dijadikan rujukan untuk presentasi di depan kelas dan dosen..

Ohya, berikut adalah suasana waktu-waktu tersebut..

aku dan tyas menunggu giliran untuk presentasi

Saat kami presentasi

Suasanayang cukup menegangkan


Setelah presentasi, kita foto-foto deh. Yang di tengah adalah wakil dari UIN Yogyakarta

Tim UNDIP bersama Tim UIN Yogyakarta

Sebenarnya masih banyak lagi cerita dan foto yang lain.. Tunggu yaa..

UPACARA RUWATAN RAMBUT GEMBEL PESONA BUDAYA DATARAN TINGGI DIENG

Diposting oleh nuratnamukti di 05.24 0 komentar
Nur Ratna Mukti
21040110120022


Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) adalah kawasan wisata yang berada di tengah wilayah kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah. Secara administrasi, Dieng mencakup Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Kawasan ini berketinggian 2088 meter di atas permukaan laut. Sehingga tak heran, suhu kawasan tersebut cukup dingin, yaitu sekitar 10o-20o C. Bahkan pada musim kemarau, kawasan ini bisa mencapai 0o C pada pagi hari.
Nama Dieng memiliki sejarah tersendiri. Seperti yang penulis kutip dalam www.wisatamelayu.com,
“Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu di yang berarti gunung dan hyang dari kata khayangan, yang artinya tempat tinggal para dewa dan dewi. Bila digabungkan, nama dieng berarti pegunungan tempat tinggal para dewa dan dewi. Tapi ada sumber lain yang menyebutkan, Dieng berasal dari kata dalam bahasa Jawa, yaitu edi yang berarti indah/cantik dan aeng yang berarti aneh. Jadi dieng berarti tempat yang indah dan punya keanehan.
Dieng memang lebih terkenal akan wisata alamnya yang mempesona, seperti Candi Dieng, Telaga Warna, Kawah Canderadimuka. Namun ada satu kebudayaan yang tak kalah menarik di kawasan bersuhu dingin tersebut. Di kawasan Dieng, terkenal akan budaya pemotongan rambut gembel atau disebut upacara ruwatan. Bahkan budaya ini telah terkenal sampai ke mancanegara. Tak heran, jika di Dieng sedang melakukan ritual ini, banyak pengunjung datang, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Memang anak – anak asli Dieng mempunyai keunikan tersendiri. Sejak dilahirkan,  rambut mereka sudah gembel atau gimbal. Bahkan dalam matanews.com menyebutkan bahwa menurut pemangku adat masyarakat Dieng, Mbah Naryono (60 tahun) meyakini anak-anak berambut gembel ini adalah anak bajang titipan Kyai Kolodete (tokoh yang dipercaya membuka kawasan dataran tinggi Dieng).
Berdasarkan kepercayaan warga sekitar, rambut gimbal tersebut dapat membawa marabahaya atau membawa sial. Oleh karenanya, rambut gembel tersebut harus dipotong atau dicukur. Namun proses mencukurnya tidaklah mudah. Harus melalui ritual atau upacara adat yang biasa disebut upacara ruwatan. Konon, jika pencukuran rambut gembel dilaksanakan tanpa melalui proses upacara ruwatan, maka rambut gembel akan tumbuh kembali, namun jika melalui proses ruwatan, rambut gembel tidak akan tumbuh lagi sampai anak tersebut tumbuh dewasa. Ruwatan sendiri berasal dari kata ruwat  yang artinya membuang. Jadi diharapkan setelah ruwatan, bala yang dibawa anak tersebut hilang dan berbalik membawa rezeki.
Waktu upacara itu sendiri dilakukan berdasarkan weton (hari kelahiran sang anak). Sedangkan pelaksanaan upacara dihitung berasarkan neptu (nilai kelahiran anak yang akan diruwat). Ritual ini harus dilakukan sesuai permintaan anak. Sehingga orang tua tidak memaksa si anak untuk mencukur rambut gembelnya sebelum si anak berkehendak. Selain itu upacara diadakan sesuai dengan kemampuan dana dari orang tua. Karena dana untuk ruwatan memang tidaklah sedikit. Hal ini dikarenakan, dalam upacara ruwatan, anak biasanya mengajukan suatu permintaan. Permintaan tersebut harus dipenuhi oleh orang tuanya, apabila tidak akan mendatangkan musibah.

Prosesi Ritual Ruwatan
Dalam mengadakan upacara ruwatan ini juga diperlukan persiapan khusus seperti benda-benda sesaji. Sesaji yang digunakan meliputi tumpeng, ingkung ayam (ayam besar utuh), gunting, mangkuk dan air berisi bunga setaman, beras, 2 buah uang, payiung, jajanan pasar dan 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih, susu, jawawut serta permintaan anak yang diruwat.
Acara dibuka dengan sambutan-sambutan oleh salah satu pelaksana upacara. Setelah sambutan – sambutan, anak yang akan dicukur dibawa ke sumur maerokoco di kompleks Candi Dieng.  Lalu dukun mulai memandikan anak berambut gembel dengan diiringi bebunyian gamelan. Air yang dipakai oleh sang dukun diambil dari mata air yang dianggap bertuah di Dataran Tinggi Dieng, yaitu di Sumur Maerokoco tersebut.
Kemudian setelah dimandikan sesaji-sesaji pun disiapkan. Sesaji tersebut biasanya  memiliki arti tersendiri. Misalnya tumpeng nasi putih yang ditancapkan buah-buahan. Nasi putih menunjukkan kepala, sedangkan buah-buahan menunjukkan rambut gembelnya. Sesaji tersebut diletakkan di sekitar Candi Arjuna. Anak yang diruwat dibawa ke candi tersebut dengan cara digendong oleh orang tuanya.
Setelah segala sesaji untuk upacara telah lengkap semua maka sang dukun pun memanjatkan doa di sebuah kemenyan. Lalu dukun tersebut mengasapi kepala sang anak yang akan dicukur dengan asap kemenyan yang telah didoakan tadi. Selanjutnya barulah sang dukun memotong rambut gimbal anak tersebut. Proses mencukurnya yaitu dengan memasukkan cincin yang dianggap memiliki kekuatan magis ke tiap helai rambut gembel tersebut dan mencukurnya satu-satu. Setelah rambut gembel tersebut dipotong, rambut tersebut dibungkus dengan kain putih atau kain kafan. Selanjutnya dilarung atau dihanyutkan di Telaga Warna atau sungai-sungai yang ada di Dieng. Dengan dilarungnya rambut gimbal ke sungai atau ke Telaga Warna dengan, maka berakhirlah acara prosesi upacara ruwatan cukur rambut gimbal ini.
Untuk lebih menarik wisatawan, ritual upacara pencukuran rabut gembel tersebut dikemas dalam Dieng Culture Festival. Pemerintah setempat, yaitu Dinas Pariwsata dan Budaya Kabupaten Banjarnegara yang  menggagas dan mengadakan event Dieng Culture Festival tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengenalkan kultur Dieng kepada masyarakat umum, baik dalam negeri maupun luar negeri. Namun dalam Dieng Culture Festival tak hanya ritual pencukuran rambut gembel saja yang dipamerkan namun ada juga pameran produk-produk unggulan Dataran Tinggi Dieng, seperti kuliner dan kerajinan-kerajinan. Selain itu juga untuk lebih memeriahkan acara, diselenggarakn pula Pentas Seni dan Budaya. Dieng memiliki seni dan budaya yang khas Dieng serta khas Banjarnegara seperti tari topeng, rampak, warok, dan sebagainya.
Dieng kini memang telah terkenal ke telinga para wisatawan. Tak jarang wisatawan menyempatkan berkunjung ke Dieng untuk melihat keajaiban – keajaiban alam di sana. Namun di sisi lain, Dieng Plateau memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya. Budaya tersebut tidaklah hanya disimpan, namun harus dijaga dan dilestarikan. Karena itu adalah warisan dari generasi kita yang memperindah kultur budaya di Indonesia. Alangkah lebih baiknya lagi apabila kita bisa membuat budaya tersebut sebagai suatu hal yang menarik dan memiliki nilai plus, yaitu menjadikannya obyek wisata.

Sumber :
http://matanews.com. 2010. “Pesona Alam dan Gimbal Bocah Dieng,” diunduh pada 3 April 2011 pukul 20.00.
http://www.e-wonosobo.com. 2010. “Prosesi Potong Rambu Gimbal Anak Lereng Dieng,” diunduh pada 3 April 2011 pukul 20.00.
http://equator-indonesia.com. 2010. “Cukur Rambut Gembel di Dieng Culture Festival,” diunduh pada 3 April 2011 pukul 20.00.
http://www,banjarnegarakab.com. 2010. “Dieng Culture Festival,” diunduh pada 3 April 2011 pukul 20.00.
http://www.diengplateau.com. 2010. “DFC – Dieng Culture Festival,” diunduh pada 3 April 2011 pukul 20.00.
http://regional.kompas.com. 2010. “Si Gimbal Diruwat Ribuan Orang Melihat,” diunduh pada 3 April 2011 pukul 20.00.

Selasa, 14 Juni 2011

Behind The Scene : Sam Po Kong 1001 Legenda

Diposting oleh nuratnamukti di 11.52 0 komentar

Panasnya matahari siang hari tak melunturkan semangat kami untuk mengeluarkan bakat terpendam kami, yaitu acting, haha..
Latar yang kami ambil yaitu lokasi kampus, suasana pedesaan dan yang pasti Kelenteng Sampokong, Semarang. Ceritanya gini nih, Ada dua anak, Inung dan Tyas yang sedang merencanakan liburannya, akhirnya mereka memutuskan untuk ke Kelenteng Sam Po Kong. Karena budayanya yang unik, dan tidak ada duanya..

inung (jilbab kuning) dan tyas (jilbab hijau)

Nah sesampainya di sana, dia bertemu dengan Virga yang ceritanya sebagai Cik Yen atau pemandu. Akhirnya  Tyas dan Inung bertanya tentang legenda Sampokong tersebut. Dan Cik yen pun menceritakan panjang lebar legendanya.. begini ceritanya .....

Laksamana Cheng Ho (Bastian) bersama ajudannya, Wang King Kong (Paldibo) sedang berlayar, tapi Wang King Kong sakit keras. Akhirnya mereka harus transit di Semarang.
Di sana mereka bertemu penduduk pribumi. ada Zulinar as Julinem, dan Kenida as Ken Mbledes...ah langsung aja deh, jadiiii intinya itu Cheng Ho dan Wang King Kong sangat sedih berpisah dengan warga pribumi, udah betah tinggal di Semarang, dan ngga mau balik lagi.. 
Jadi tiga hari kemudian Wang King Kong menikah dengan Julinem. Dan pada suatu hari Wang King Kong sakit keras, sampai akhirnya meninggal. Wang King Kong dimakamkan di area tersebut dan dikenal sebagai Ki Dampo Awang.
Warga berinisiatif membangun sebuah kelenteng untuk mengenang jasa Laksamana Cheng Ho dan Wang King Kong yang telah membantu memakmurkan warga setempat. Sampai sekarang kelenteng itu dikenal sebagai Kelengteng Sam Po Kong.

Begitulah ceritanya..
Nah biar ngga bosen film tersebut kita beri sedikit lawakan - lawakan yang lucu (semoga..)

Di antara pengambilan film tersebut banyak sebenarnya perjuangan. Berjuang panas-panas naik motor. Eh di jalan motornya Bastian kena paku, jadi kita harus nunggu lamaaa buat nambal itu motor...

Jadi tak ada kesempurnaan tanpa adanya perjuangan dan pengorbanan.. Keep Fighting Kelompok 9... ^^

 tertawa. hal yang sering terjadi di tengah-tengah pengambilan gambar.

Walaupun lelah, tetap eksis berfoto ria.. 


gaya aneh julinem (kiri) dan ken mbledes (kanan) di tengah shooting

Senin, 13 Juni 2011

Latihan Jadi Artis

Diposting oleh nuratnamukti di 23.19 0 komentar
Siapa bilang jadi artis itu gampang? ya, sekarang aku merasakan gimana si rasanya jadi artis.. hehe.. Dan sekarang aku tak heran lagi, kenapa artis itu bayarannya mahal, kenapa artis itu rata-rata uangnya bnayak dan kaya.. Ya karena pekerjaan mereka memang susah.. Apalagi buat aku..
Pekerjaan itu susahnya luar biasa..
Susah ketika aku harus berperan sebagai orang lain yang bukan aku banget. Susah ketika harus menghafalkan teks naskah. Susah banget ketika harus berakting, ngomong di depan kamera tanpa melihatnya. Susah banget ketika harus menahan tawa saat lagi di-shoot. Susah banget ketika harus nahan malu diliatin orang waktu shooting.. ahahaa.. pokoknya susah deh..

Ya.. Begitulah sedikit luapan perasaanku waktu jadi 'artis dadakan'.. hehe.. Yup, benar! tugas teknik komunikasiku yang membuat aku harus jadi artis dadakan. yaa, lumayan asyik si.. tapi yan tadi itu, susahnya bukan maiin.. Apalagi ketika harus mengulang adegan yang sama berkali-kali karena salah - salah terus.. haha..

Penasaran ya?
Jadi kita (Nur Ratna Mukti, Ninik Wahyuning Tyas, Virgawasti Dyah, Zulinar Irfiyanti, Kenida Ajeng, Bastian Tri, dan Paldibo A. Sitorus) dapet tugas nih. Ceritanya suruh bikin film dengan tema WISATA BUDAYA NUSANTARA. Akhirnya kita memilih wisata kelenteng Sam Po Kong di Semarang untuk diangkat ke dalam tema kita.


Kelenteng Sam Po Kong : Lokasi Shooting kita

dari kiri ke kanan : Bastian, Virga, Zulinar, Kenida, Inung, Tyas, paldibo sebagai kameramannya.. hehe

Banyak cerita lucu deh pokoknya selama kita harus menjadi artis dadakan. Cerita mengenai kisah filmnya ada di postingan berikutnya ya.. tungguuu!

satu sampah seribu bencana

Diposting oleh nuratnamukti di 23.00 0 komentar
sampah kerap mengakibatkan bencana. Seperti kata dalam poster, yang merupakan tugas teknik komunikasi, yang saya buat, 1 SAMPAH SEMBARANGAN, 1000 BENCANA BERDATANGAN.


sampah, baik sampah plastik, sampah kertas, sampai sampah masyarakat, semuanya akan membawa bencana bagi bangsa kita.

Itu adalah pesan poster yang merupakan tugas mata kuliah teknik Komunikasi. Poster tersebut saya buat dari software Corel Draw X4. Saya memilih warna hijau karena tema yang saya ambil adalah lingkungan, lingkungan sangat erat kaitannya dengan warna hijau bukan?
Lalu untuk di bawahnya, terdapat berbagai macam gambar yang menggambarkan tentang sampah dan akibatnya, yaitu banjir. Gambar tersebut menerangkan dari kata yang ada di atas (1 sampah sembarangan, 1000 bencana berdatangan). Jadi sampah-sampah yang sembarangan dan tidak dikelola dengan baik seperti pada gambar, maka tak dapat dipungkiri akan mendatangkan bencana, salah satunya banjir.
Itulah maksud saya membuat poster ini.
Walaupun sederhana, semoga dapat menjadi inspirasi bagi siapapun yang melihatnya.. ^^

the last.. keep clean and be green !

Sampahmu, Masalah Kita Bersama

Diposting oleh nuratnamukti di 22.47 0 komentar
Sampah. Siapa yang tidak tahu satu kata tersebut. Menurut saya, sampah adalah suatu barang yang sudah tidak terpakai atau sisa-sisa pemakaian dari suatu barang lain, dan dibuang oleh pemiliknya. Jadi sampah bisa berarti banyak. Ada sampah rumah tangga seperti kertas, bungkus plastik kemasan, sisa-sisa sayur, botol-botol yang tidak terpakai, sampai makanan – makanan yang sudah basi. Adalagi sampah yang dikeluarkan oleh pabrik-pabrik atau yang biasa disebut limbah. Ada limbah cair ataupun limbah padat.
Sebenarnya tak ada yang salah dengan apa yang namanya sampah. Yang salah hanyalah pengelolaannya. Apabila sampah dikelola dengan baik, maka tak ada masalah ataupun bencana yang mengancam. Namun apabila sampah tidak dikelola dengan baik, ya tidak dapat dipungkiri akan menimbulkan masalah sedikit demi sedikit.
Berikut adalah hanya sebagian contoh bentuk sampah yang tidka dikelola dengan baik.


Nah, salah satu contoh nyata akibat dari pengelolaan sampah yang tidak tepat adalah seperti gambar sebagai berikut :



Lalu sebenarnya bagaimana pengelolaan sampah yang baik? Jawabannya hanya satu dan itu sudah tidak asing pastinya bagi teman-teman semua : BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA. Dalam hal ini, tempatnya adalah tempat sampah. Jadi kata – kata tersebut jangan disalahgunakan ok? :-)
Namun tampaknya masyarakat telah lupa dengan sepenggal kalimat yang padahal sebenarnya sudah terngiang sejak kita kecil. Akan tetapi mereka lupa, atau bukan lupa,tapi malas membuang sampah tersebut pada tempat yang tepat.
Jadi sebenarnya apa yang membuat mereka malas? Karena keberadaan tempat sampah memang tidak mencukupi kebutuhan sampah. Masyarakat biasanya membuang sampah sembarangan, karena mereka memang tidak menemukan tempat sampah di sekitar mereka. Nah itu yang sebenarnya harus dibenahi dari pemerintah. Ya mungkin terlalu jauh jika diserahkan langsung kepada pemerintah. Mungkin hakl terdekat dulu. Contohnya kampus jurusan kita. Maka perlu dikomunikasikan dengan kajur. Atau di kawasan lingkungan kos kita, maka perlulah komunikasi dengan ketua RT atau sebagainya. Namun, jika masyarakat cerdas, apabila mereka tidak menemukan tempat sampah terdekat, maka simpanlah dahulu sampah tersebut di kantong kita, dan baru masukkan ke tempat sampah jika kita telah menemukan tempat sampah. Namun sayangnya hanya sedikit orang-orang cerdas di Indonesia ini. Bahkan para mahasiswa yang merupakan orang akadems dan berpendidikan tinggi pun tak jauh dari apa yang namanya buang sampah sembarangan..
Teman – teman pasti juga sudah sangat paham dengan ‘teori perubahan sampah menjadi bencana’. Bagaimana sampah itu bisa menyebabkan banjir dan sebagainya. Saya kira sudah tahu ya, jadi tidak perlu saya sampaikan di post ini.
Maka sebelum sampah – sampah kita menjadi masalah nantinya, mulailah kita berubah. Berubah kea rah yang lebih baik dan benar. Ada slogan yang sering dikumandangkan pula, yaitu 3M. Yang artinya, mulailah dari diri kita, mulai dari diri sendiri, dan mulailah dari hal yang kecil.
Kita –mahasiswa- sebagai agent of change harusnya bisa menjadi contoh perubahan di masyarakat. Yuk berubah ke yang lebih baik , dengan cara yang sederhana -> usahakan buang sampah pada tempat sampah..
Kalau bukan kita, siapa lagi?? Kalau bukan sekarang, kapan lagi??
Yuk berubah ! Yuk jadi contoh ! ^^
 

live and life Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea