Di dalam tulisan ini penulis
akan menyampaikan suatu opini bahwa perekonomian daerah dapat ditingkatkan
dengan cara mengembangkan industri – industri kecil menengah (IKM) yang ada di
daerah tersebut. Hal ini yang sekarang banyak dipikirkan oleh pemerintah daerah
di Indonesia. Oleh karena itu munculah suatu konsep pengembangan potensi lokal
melalui pendekatan klaster industri kecil menengah untuk dapat mencapai tujuan
tersebut.
Menurut BPPT (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi), klaster industri merupakan kelompok usaha
spesifik yang dihubungkan oleh jaringan mata rantai proses penciptaan /
peningkatan nilai tambah, baik melalui hubungan bisnis maupun non bisnis. Adanya pengembangan klaster industri,
merupakan solusi yang dinilai paling efektif dalam pengembangan ekonomi lokal
suatu daerah. Sebab dengan pengembangan klaster industri, berarti
mengembangkan industri yang bersifat luas (broad base) dan terfokus
(spesialisasi) pada jenis-jenis produk yang berpeluang memiliki daya saing
internasional yang tinggi di pasar domestik dan global. Sehingga daerah
tersebut memiliki daya saing tersendiri terhadap daerah lain. (BPPT)
Sektor industri kecil dan
menengah dinilai dapat meningkatkan perekonomian daerah sejak tahun 1970-an
dimana muncul krisis ekonomi di Indonesia ini. Krisis ekonomi yang muncul
menjadikan efek yang buruk bagi perekonomian di Indonesia, khususnya industri
besar. Namun hal itu tidak berpengaruh pada industri kecil menengah, dimana IKM
tersebut justru mengalami peningkatan. Oleh karena itu peluang tersebut muncul
untuk meningkatkan produktifitas IKM untuk meningkatkan perekonomian daerah.
Indonesia ini memiliki
industri kecil menengah yang jumlahnya banyak, sesuai dengan data dari BPS
bahwa industri kecil menengah mendominasi struktur industri di Indonesia. Sehingga
jika dikembangkan secara intensif dan berkelanjutan, cepat atau lambat hal
tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Industri kecil menengah
ini merupakan industri berbasis masyarakat, artinya diproduksi dan dikelola
oleh masyarakat, maka hasil yang akan diperoleh pun berdampak langsung pada
masyarakat. Jika di setiap daerah IKM dikembangkan secara baik, maka tak ayal
perekonomian masyarakat meningkat, yang akhirnya pendapatan daerah pun
meningkat. Alferd Marshall juga telah melihat potensi klater industri yang di
dalamnya terdapat IKM dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Oleh karena itu, pemerintah
mengusulkan konsep untuk mengembangkan industri kecil menengah tersebut, salah
satunya melalui klaster industri ini. Klaster digunakan karena sebagian besar
IKM tersebut cenderung mengelompok di dalam wilayah tertentu. Ada berbagai
macam jenis klaster industri khususnya di Jawa Tengah seperti klaster batik di
Pekalongan, klaster ukiran kayu di Jepara, klaster industri knalpot di Purbalingga,
klaster industri meubel di Blora dan sebagainya.
Klaster tidak hanya ada
pengelompokan industri – industri tersebut, tapi harus ada keterkaitan. Yaitu
keterkaitan antara industri inti dengan industri terkait, industri pemasok,
industri pendukung, dan pembeli, yang kesemuanya didukung oleh institusi
pendukung. Namun tidak semua klaster dapat berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Di sinilah yang terkadang membuat klaster industri kecil di
Indonesia kurang berkembang, yaitu karena kurangnya koordinasi antar industri
dan kurangnya pelibatan pemerintah dalam pengembangan klaster. Pemerintah
cenderung lepas tangan. setelah menciptakan klaster - klaster industri,
pemerintah kurang mengontrol keberjalanan industri ini. Selain itu kurangnya inovasi juga berpengaruh
pada tidak optimalnya klaster, sehingga klaster yang telah terbentuk kurang
bersaing di pasar. Misalnya yang sering terjadi yaitu barang produksi lokal tergerus
oleh adanya barang-barang dari luar.
Sehingga, agar pengembangan
klaster dapat optimal, diharuskan peran dari berbagai pihak. Pemerintah perlu
mendorong adanya teknologi baru sebagai inovasi di dalam industri kecil
menengah tersebut, agar proses produksi pun dapat meningkat baik secara kuantitas
dan kualitas, sehingga dapat bersaing di pasar baik nasional maupun
internasional. Sedangkan yang kini ada di lapangan bahwa hasil produksi klaster
kurang bersaing di pasar, namun justru saling bersaing antar industri di dalam
suatu klaster tersebut. Hal ini contohnya seperti pada klaster batik Pekalongan
atau klaster Cibaduyut. Sehingga diperlukan pemahaman kembali kepada setiap aktor
yang terlibat dalam klaster agar bekerja bersama-sama tanpa saling menjatuhkan.
Dengan demikian tercipta suatu klaster IKM yang produktif, dapat bersaing di
pasar nasional dan internasional tanpa saling menjatuhkan satu sama lain. Jika
hal demikian bisa terjadi maka klaster IKM dapat berkembang, sehingga
masyarakat yang terlibat langsung pun ikut merasakan dampaknya. Sehingga jika
setiap daerah menerapkan pendekatan semacam ini, maka seluruh daerah bisa jadi
mengalami peningkatan perekonomian.
Dengan demikian, jelaslah
sudah bahwa perekonomian suatu daerah dapat mengalami peningkatan melalui cara
mengembangkan kembali klaster – klaster industri kecil dan menengah. Dengan
catatan, perlu pelibatan banyak aktor yang fokus menjalankan pengembangan IKM
tersebut.
Nur Ratna Mukti
Tugas MKP Pengembangan Lokal
0 komentar:
Posting Komentar