"Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa..Keep our dreams alive, and we will survive.."
yup itu adalah salah satu quote yang terngiang-ngiang di pikiranku setelah membaca buku 5 cm karya Donny Dhirgantoro. Sumpah ini buku menginspirasi banget buat gue!
dan satu lagi quote di buku 5 cm :
“Dan bermimpi saja tidak akan pernah cukup...Dan sebuah impian memang seharusnya tidak perlu terlalu banyak dibicarakan,tetapi diperjuangkan.”
Yah, mimpi itu butuh perjuangan.. gak cuma dimimpikan, ditulis, ditempe di dinding kamar, tapi perlu perjuangan! butuh kerja keras mencapainya. Dan ini yang menginspirasiku dalam meraih satu mimpiku. Memang beda, ketika kita bermimpi disertai usaha banting tulang, peras otak, banyak banget pengorbanannya, dibandingkan mimpi yang kita santai menggapainya. hasilnya beda!
Dan satu lagi quote di Buku Negeri 5 Menara :
"Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil."
Bersungguh-sungguh!! itu kuncinya sebenarnya. memang nggak semua mimpiku itu berhasil, terwujud, karena aku tau, aku kurang sungguh-sungguh, aku kurang berdoa, aku takut, perjuanganku sangat minim. itu!
---
Dan yang kini aku ceritakan adalah jelas tentang mimpi. mimpiku. tapi bukan hanya mimpiku, mimpi kita berlima. Aku, Ariga, Dewi, Asfi dan Tony. mahasiswa semester 5 jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, serta Arsitektur yang berkolaborasi sebagai strategi untuk meraih mimpi memenangkan suatu sayembara. Sayembara Ruang Kreatif Hijau. Menurut kami sayembara ini keren, karena tingkat nasional, dan diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum. Kenapa aku bilang keren? karena ini salah satu instansi dimana aku ingin bekerja di dalamnya :)
Mimpi kita.
Berawal dari kita berdua aku dan Dewi yang ingin sekali mengikuti sayembara yang baru siangnya kita diinformasikan dari dosen Perancangan Kota ku. Namun kita berdua termasuk salah dua orang mahasiswa yang tidak mendapatkan kelompok. Sebenarnya sayembara ini sangat singkron dengan tugas besar kami di semester 5 ini. Sehingga ada yang satu kelompok tugas besar itu yang mengajukan diri ikut sayembara tersebut. Atau adalagi mereka yang membuat kelompok sendiri. Sementara aku, kelompokku ternyata tidak mau aku ajak sayembara itu, begitu juga kelompok Dewi, dimana teman sekelompoknya membuat kelompok lain untuk mengikuti sayembara tersebut. Tinggallah kami berdua yang sangat ingin mengikuti sayembara tersebut, namun apa daya, kami tak ada partner.
Dulu, ada salah satu teman yang mengajakku untuk bergabung di timnya. Tapi aku menolak. Bukan apa-apa, karena ada satu teman yang lain yang perkataannya membuatku tersinggung, yang intinya secara tersirat bilang kalo aku boleh ikut, asal titik titik gitu deh.. Dan itu yang membuatku menolak.
Kita berdua, Aku dan Dewi yang memiliki mimpi, masih terkendala mencari teman kelompok. Karena kita tidak mungkin hanya berdua. Sebenarnya banyak teman-temanku yang ingin ikut sayembara itu, tapi menurutku mereka penakut (peace :p), mereka takut nggak sanggup, mereka takut mencoba, mereka takut tak siap mengambil resiko, mereka terlalu pesimis. Tapi kata-kata andalanku bahwa kita harus berani, berani mengambil resiko, berani mencoba, dan harus berani bekerja keras!!! in kesempatan bung! aku sudah terlampau sering melewatkan kesempatan - kesempatan dalam hidup, dan saat itu aku nggak mau melewatkannya lagi!!!
"Kita harus berani mencoba, apa salahnya sih mencoba, gak ada ruginya, toh sayembara itu juga gratis, dikirimnya via email, nggak ngeluarin uang, yang kita butuhkan hanya semangat, sungguh-sungguh, keberanian, keluar dari zona nyaman!! Yang kita butuhkan hanyalah kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.."
Itu kata-kata super yang aku ucapkan kepada teman-temanku ketika mengajaknya ikut dalam sayembara ini. Tak banyak yang terpengaruh, namun akhirnya ada juga yang tertarik dan memutuskan untuk ikut, Ariga, Asfi dan Tony. Susah banget ngedapetin mereka, hehee..
Ini kami dari kiri ke kanan, ada Tony, Asfi, Ariga, Inung dan Dewi
Mimpi.
Dulu bahkan aku hanya ingin sebatas ikut sayembara ini saja. Setelah kami berlima ngobrol - ngobrol, menghabiskan waktu bersama (ceilaah..) akhirnya muncul mimpi itu. Kita harus masuk final 5 besar! kita harus ke Jakarta!!! saat itu, tingkat kesemangatan kami meningkat 57 point.
Kalau boleh cerita, yah perjuangan kita memang cukup keren, di saat yang lain tidur, kita begadang di kontrakan Ariga buat ngerjain sayembara itu. Berapa malam kami menginap di kontrakan Ariga atau di rumah Tony untuk membabat habis sayembara itu. Kadang ada yang kelelahan sehingga paginya bolos kuliah (biasanya si Asfi, hehee..). Setiap kita kumpul pasti banyak kejadian-kejadian yang bener-bener diinget, kadang bikin ketawa kalo inget-inget.
Berawal dari cari lokasi perencanaan. Dari Gajahmungkur sampai Pedurungan, muter-muter, nyasar-nyasar di jalan yang sempit. Dan akhirnya, berbekal androidnya Dewi, kita menemukan Taman Sekar Jagad di Perumahan Tlogosari, Pedurungan. Ketika survey di sana, kita seperti orang asing, banyak anak-anak yang ngeliatin, dan ada bapak-bapak yang suka nanya-nanyain. Tapi alhamdulillah tdiak ada yang mengahmbat.
Pernah waktu kita ngerjain, hujan-hujan kita turun ke Semarang bawah buat nginep ke rumah Tony lewat Sigarbencah. Itu adalah jalan yang paling aku takutin selama di Semarang. Jadi jalannya itu menurun, berkelak kelok, gelap, dan banyak banget jalan yang rusak. Dan aku pernah kecelakaan yang cukup membuatku trauma turun ke Sigarbencah lagi. Namun sekali lagi ini dalam proses meraih mimpi, aku malam-malam, hujan, gelap, aku terabas Sigarbencah itu. Alhamdulillah, kami semua selamat sampai rumah Tony, walaupun kemaleman karena kami nyasar ngikutin Ariga, hehee..
Dan pernah juga di suatu malam hanya ada kita berempat, Ariga, Aku, Asfi dan Tony, kebetulan Dewi sedang berhalangan. Aku dan Asfi kelaparan malam itu, yah karena aku dan Asfi sama-sama belum makan malam. Ariga yang sangat keras kepala nggak mau nemenin kita beli makan, Tony yang ternyata sedang sibuk ngerjain tugas kuliah dia, akhirnya kita berdua keluar malam-malam cari makanan. Percaya atau tidak, itu jam 12 malam! Bayangkan jam 12 malam gadis cantik keluar berdua doang cari sesuap nasi untuk sekedar mengganjal perut. Dan ternyata tukang jualan makanan di dekat rumah Tony sudah pada tutup semua. Akhirnya kita jalan lebih jauh lagi. Sampai kita parno banget sumpah katika ada bapak - bapak yang ngikutin kita terus dari belakang, tapi alhamdulillah ternyata bukan apa-apa, hehee..
Karena kita bingung makan apa, kita memutuskna untuk makan pop mie di Indomaret depan Java Mall. Lagi-lagi disitu ada orang aneh dan misterius yang ngeliatin kita makan. Kita parno lagi tuh. Eh tapi ternyata dia lagi jemput temannya, hehee.. alhamdulillah.. Dan yang paling menjengkelkan, ketika kita pulang, Ariga tidur!
Satu lagi kejadian yang unforgetable, ketika aku jatuh dari motor ketika pulang dari rumah Tony. Jatuhnya itu nggak banget sih sebenernya, haha.. jadi intinya karena ngikutin Ariga, aku jatuh hehee..
Pokoknya banyak banget kejadian yang menemani perjuangan kita meraih mimpi ke Jakarta.
Yah, aku merasa perjuangan ini adalah perjuangan yang menyenangkan, seru, walaupun lelah, tapi itu membuat kita ada artinya hidup di dunia yang penuh perjuangan ini.
Tidur di lantai seperti pada gambar di atas mungkin salah satu cara kita menikmati perjuangan itu. Keluar dari zona nyaman, mungkin saat itu yang lain tidur nyenyak di atas kasur empuk, namun kita, di lantai, alhamdulillah masih ada bantal, hehee.. Lihat foto Asfi di atas, tidur dengan bantal di atas laptop, di samping kabel-kabel, makanan sisa amunisi buat melek, dan sebagainya..
Ketika kita mimpi ke Jakarta, kita berjanji bakalan lebih banyak berdoa pada Allah, minta doa restu orang tua, solat tahajud. Itu bagian dari usaha dan perjuangan, kawan! Berusaha tak cukup, berdoa yang melengkapinya.
Hingga suatu sore, entahlah aku juga lupa tanggal berapa, kita buka pengumuman finalis sayembara Ruang Kreatif Hijau itu di koperasi kampus. Lagi-lagi berbekal android Dewi, kita buka pengumuman. Dewi yang pertama kali melihatnya, "Ada nama kita..."
Di koperasi, kita berteriak, antara percaya dan tidak, senang sekali waktu itu, sampai kita keluar koperasi dan belum membayar makanan yang kita makan. Dewi lari ke kantin untuk meminjam laptop teman agar lebih jelas melihat pengumuman. Aku dan Asfi menyusul namun tak sampai menggapai Dewi, kita duduk lesehan di parkiran, sambil ketawa penuh syukur dan aku ingat apa yang aku ucapkan ke Asfi, "Fi, kita ke Jakarta..."
Satu mimpi kami terwujud, ke Jakarta.
Ingat lagu Laskar Pelangi, "mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukan duniaa.."
Ya, mimpi adalah kunci. Kunci untuk membuka pintu mimpi menjaid kenyataan. Namun yang dibutuhkan tak hanya kunci, namun tangan yang menggerakkan kunci itu. Tangan itu adalah perjuangan dan doa.
Selamat bermimpi, berjuang, berdoa untuk kita semua..
Akan ada lebih banyak cerita saat kita di Jakarta. Saat menemukan mimpi baru, perjuangan, hambatan dan sebagainya. To be continued...
0 komentar:
Posting Komentar