Shopping center (pusat perbelanjaan)
adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat perdagangan (tempat
bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi) di bidang barang
maupun jasa yang sifat kegiatannya untuk melayani umum dan lingkungan
sekitarnya atau dapat juga diartikan sebagai tempat perdagangan eceran atau
retail yang lokasinya digabung dalam satu bangunan atau komplek. Definisi lain
shopping center adalah suatu wadah yang berisi sekelompok penjual eceran
dan usahawan komersil lainnya yang merencanakan, mengembangkan, mendirikan,
memiliki dan mengelola sebuah properti tunggal. Pada lokasi properti ini
berdiri disediakan juga tempat parkir. Tujuan dan ukuran besar dari shopping
center ini umumnya ditentukan dari karakteristik pasar yang dilayani. Semakin
besar pelayanan pasar seperti contohnya melayani masyarakat internasional maka
semakin luas shopping center ini dan sebaliknya.
Menurut International Council of
Shopping Center (ICSC) bentuk pusat perbelanjaan secara umum dapat dibagi
menjadi dua bentuk yaitu : strip center
dan mall. Strip center adalah pusat perbelanjaan
berbentuk outlet yang berjejer dan
bersatu sebagai gabungan dari kegiatan
perdagangan eceran, bagian depan
toko umumnya dilengkapi dengan kanopi. Sedangkan mall adalah bangunan
tertutup dengan pengatur suhu, memiliki
koridor dengan posisi toko yang saling berhadapan, umumnya bentuk mall ini
dibangun dalam standar pusat perbelanjaan tipe regional center atau super regional center. Berbeda dengan strip
center yang cenderung bersifat
terbuka (outdoor), mall adalah pusat perbelanjaan yang sifatnya
tertutup (indoor).
Bagi sebagian pihak, pembangunan
pusat perbelanjaan dianggap memberikan dampak positif bagi kota, terutama jika
dilihat dari sudut pandang ekonomi, seperti penyerapan tenaga kerja dan
sumbangan pajak, selain itu, keberadaan pusat perbelanjaan juga dianggap
berkontribusi pada perkembangan kota, terutama pusat perbelanjaan modern.
Walaupun secara fungsional shopping
center dibangun sebagai pusat kegiatan ekonomi, namun shopping center juga
dapat dilihat dari segi sosialnya. Dari segi sosialnya, shopping center tidak
hanya sebagai tempat untuk membeli produk atau
jasa tetapi dapat juga sebagai tempat untuk melihat-lihat, tempat
bersenang-senang, tempat rekreasi, tempat yang dapat menimbulkan rangsangan yang mendorong orang untuk
membeli, tempat bersantai dan bersosialisasi. Namun, keberadaan
shopping center juga memiliki beberapa dampak negatif bagi suatu kota
terutama dalam hal lingkungan. Seperti kemacetan lalu lintas, hal ini
disebabkan oleh sifat dari pusat perbelanjaan sebagai konsentrasi massa dan
lokasi berdirinya yang dekat dengan jalan raya, apalagi jika jarak antar pusat
perbelanjaan berdekatan, tentu saja kemacetan lalu lintas akan menjadi semakin
parah dan perdampak pula pada polusi asap kendaraan bermotor. Selain itu,
keberadaan pusat perbelanjaan modern juga kerap memberikan masalah bagi
lingkungan terkait dengan konversi daerah resapan air dan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) menjadi kegiatan perdagangan dan jasa. Namun walaupun demikian
pembangunan shopping center kini sangat berkembang di berbagai kota karena memiliki
daya tarik tersendiri. Hal tersebut terjadi di negara berkembang seperti
Indonesia, maupun negara maju seperti Singapore dan Malaysia.
Di
Singapore, dapat dengan mudah dijumpai pusat perbelanjaan, baik mal ataupun
market atau strip center. Salah satu shopping center yang terkenal di Singapore
adalah kawasan Orchard Road. Orchard road merupakan salah satu jalan yang ada
di Singapore dimana merupakan kompleks mal – mal besar, megah dan terkenal
dengan barang – barang kelas atas dan mahal. Sedangkan shopping center
tradisional yang terkenal terdapat Chinatown, Bugis Street, dan Mustafa Centre.
Barang-barang yang dijual di tempat tersebut jauh lebih murah daripada di
kawasan Orchard Road. Berbeda dengan Orchard Road yang menjual pakaian, sepatu,
atau jam tangan dengan brand ternama, Chinatown, Bugis Street dan Mustafa
Centre, barang yang dijual dengan harga murah dan rata-rata merupakan souvenir
atau oleh-oleh khas Singapore.
Ini di depan kompleks China Town Singapore (maap gak sempet rotate picture haha) |
Komplek Chinatown Singapore |
Bersama Teman - teman di Bagian Depan Kompleks Chinatown Singapore |
Dilihat dari
aspek sustainable development, shopping center di Singapore sangat sustainable.
Secara ekonomi jelas sangat mendukung perekonomian Singapore dimana
tempat-tempat ini banyak dikunjungi warga dari berbagai belahan dunia untuk
wisata belanja. Secara sosial, telah disinggung di atas bahwa shopping center
dapat dijadikan sebagai tempat bersantai dan bersosialisasi. Sebagai contoh
banyak di kawasan Chinatown maupun Orchard Road disediakan sitting group
sebagai tempat bersantai dan duduk-duduk.
Di Singapore tidak tampak adanya
kemacetan lalu lintas di sekitar shopping center seperti yang tampak di
Indonesia. Hal ini dikarenakan masyarakat Singapore yang memang lebih banyak
menggunakan transportasi public daripada kendaraan pribadi. Selain itu
pemerintah Singapore juga telah menyediakan stasiun MRT di setiap titik – titik
pusat perbelanjaan tersebut. Tak hanya itu, dilengkapi juga dengan halte –
halte bus sehingga menjadikan orang-orang dengan mudah menjangkau pusat
perbelanjaan tersebut serta aman, nyaman dan ramah lingkungan. Selain itu di
tepi jalan kawasan Orchard Road pun ditanami pepohonan yang memberikan kesan
sejuk bagi para pedestrian.
Kawasan Orchard Road, Singapore |
Begitupun dengan
di Malaysia, akan banyak ditemukan pusat – pusat perbelanjaan terutama di Kuala
Lumpur, Selangor dan Johor. Mal dapat ditemukan di pusat kota seperti di KLCC
berdekatan dengan Twin Tower, atau Johor Premium Outlet dimana berisi outlet –
outlet fashion atau asesoris dengan brand ternama namun outlet tersebut tidak
disatukan dalam bangunan mal melainkan outlet–outlet yang berjajar dalam satu
kawasan yang didesain dengan menarik. Sedangkan untuk pasar tradisionalnya,
terdapat Central Market (Pasar Seni) dan Chinatown (Petaling Street). Di sana
banyak menjual berbagai macam oleh–oleh atau cinderamata khas Malaysia.
Hampir sama
dengan Singapore, Malaysia sudah berusaha membuat shopping centre yang
sustainable. Seperti contohnya Johor Premium Outlet yang memilki konsep outlet
yang berjajar dimana bagian luar didesain banyak taman – taman, kolam, sehingga
Ruang Terbuka Hijau tetap terjaga. Secara sosial d Johor Premium Otlet juga
memiliki ruang – ruang interaksi seperti sitting group dan café. Walaupun
transportasi umum seperti MRT belum menjangkau kawasan ini, namun Johor Premium
Outlet ini dibangun di lahan yang luas serta jalan untuk mengaksesnya juga
lebar sehingga tidak menyebabkan kemacetan.
Outlet- Outlet di Komplek Johor Premium Outlet, Malaysia
Namun di Central
Market yang letaknya di pusat kota Kuala Lumpur menjadikan jalan di sekitar
kawasan Central Market ini menjadi padat kendaraan. Begitupun dengan lahan
parkir yang kurang mencukupi para pengunjung sehingga terdapat mobil yang
parkir di tepi jalan, bukan di lahan parkir yang disediakan. Hal ini mungkin
yang menjadikan Central Market kurang sustainable secara lingkungan.
Pintu Masuk Central Market, Malaysia |
Sedangkan di Indonesia, khususnya di
Semarang juga memiliki kawasan shopping center yaitu di kawasan Simpang Lima
dimana terdapat mal – mal. Selain itu juga di Jalan Pemuda dimana terdapat DP
mal dan Paragon. Dikaji dari sustainability-nya, apa yang ada di Semarang jauh
berbeda dibandingkan apa yang terjadi di Malaysia dan Singapore. Secara ekonomi
mungkin keberadaan shopping center ini jelas mampu memberikan pendapatan baik
masyarakat maupun pemerintah, namun di sisi lain adanya shopping center ini
menimbulkan adanya pelaku – pelaku ekonomi informal, dimana banyak terdapat
pedagang kaki lima yang akhirnya membuat kesan tidak rapi, kurang bersih dan kumuh
di lingkungan bagian luar mal. Ditinjau dari segi lingkungannya pun di kawasan simpang lima masih terganggu oleh
masalah kemacetan. Apalagi jika pada hari – hari weekend sangat terlihat
kemacetan kendaraan bermotor di sepanjang jalan di Simpang Lima. Selain itu
manajemen parkir yang kurang ter-manage dengan baik sehingga trotoar atau badan
jalan kerap digunakan sebagai lahan parkir. Hal ini jelas mengganggu sirkulasi
dan menambah kemacetan. Kondisi Indonesia yang memang sangat berbeda dengan
Malaysia dan Singapore menjadikan karakteristik yang berbeda pula. Jika di
Indonesia masyarakat masih banyak menggunakan kendaraan pribadi maka seharusnya
pembangunan shopping center mampu melayani kebutuhan tempat parkir tersebut. Sehingga tidak
mengganggu atau menambah masalah yang lain.
Kawasan Simpang Lima, Semarang |
Dengan
demikian, ukuran sustainable di masing – masing negara dapat berbeda – beda
sesuai kondisinya. Jika di Singapore dan Malaysia memang kondisi negaranya yang sudah sustainable,
sehingga konsep shopping center pun dibuat sustainable. Berbeda dengan
Indonesia yang kurang sustainable sehingga sampai hal kecil pun tidak didesain
dan dikelola secara sustainable.