Selasa, 04 Oktober 2011

teori Lokasi : Von Thunen

Diposting oleh nuratnamukti di 21.05 0 komentar
Dasar – Dasar Teori Von Thunnen

Teori Von Thunen telah mulai dikenal sejak abad ke 19. Teori Von Thunen menjelaskan mengenai ekonomi keruangan (spatial economics), yang menghubungkan teori ekonomi keruangan dengan teori sewa (theory of rent) yang membuat model analisis dasar dari hubungan antara pasar, produksi, dan jarak.
Teorinya mencoba untuk menerangkan berbagai jenis pertanian dalam arti luas yang berkembang di sekeliling daerah perkotaan yang merupakan pasar komoditi pertanian tersebut. Berdasarkan pengamatan di daerah tempat tinggalnya, berbagai komoditas pertanian diusahakan menurut pola tertentu.
Ia berpendapat bahwa bila suatu laboratorium dapat diciptakan berdasarkan atas tujuh asumsi, maka daerah lokasi jenis pertanian yang berkembang akan mengikuti pola tertentu. Ketujuh asumsi tersebut adalah:
1.            Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah pedalamannya yang merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian;
2.            Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjumlahan kelebihan produksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain;
3.            Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain, kecuali ke daerah perkotaan tersebut;
4.            Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama dan cocok untuk tanaman dan peternakan dataran menengah;
5.            Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk mempeoleh keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan peternakannya dengan peemintaan yang terdapat di daerah perkotaan;
6.            Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan darat berupa gerobak yang dihela oleh kuda;
7.            Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan jarak yang ditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar.
Dengan asumsi tersebut maka daerah lokasi berbagai jenis pertanian akan berkembang dalam bentuk lingkaran tidak beraturan yang mengelilingi daerah pertanian
Teori Von Thunnen dapat dimodifikasi dengan memasukkan unsur sungai yang mengalir melalui daerah perkotaan. Sungai ini memungkinkan pengangkutan dengan biaya yang lebih murah.
Keuntungan yang dicapai oleh petani dengan tiga variabel, yaitu harga penjualan, biaya produksi dan biaya angkutan. Rumus untuk mencari keuntungan :
K = N - (P + A), dengan keterangan :
K : Keuntungan
N : Imbalan yang diterima petani, dihitung atas dasar satuan tertentu
P : Biaya produksi dihitung atas dasar sama dengan N
A : Biaya angkutan
Walaupun teori lokasi Von Thunnen sudah terdapat banyak perubahan bagitu banyak, seperti dikembangkan oelh Greenhut, namun teori ini tetap merupakan pelopor dalam perkembangan teori lokasi.

Teori Lokasi

Diposting oleh nuratnamukti di 21.02 0 komentar
Pengertian Teori Lokasi
Teori lokasi pada awalnya dikembangkan oleh Von Thunnen pada awal abad ke-19. Teori ini merupakan suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara yang konsisten dan logis.
Menurut Tarigan, teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Tarigan berpendapat, terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Sehingga, teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Von Thunnen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Dengan memerhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tsb memasukkan variabel keawetan, berat dan harga dari berbagai komoditas pertanian. Selain Von Thunnen, tokoh – tokoh yang mengemukakan teori lokasi antara lain Wilhem Lounhart yang menunjukkan bagaiman amengoptimalkan lokasi dengan menyederhanakan hanya dua sumber material dan satu pasar yang disajikan dalam bentuk locational triangle. Selain itu ada juga Teori Christaller yang menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah.

Ruang Lingkup atau Cakupan Analisis Lokasi dan Pola Ruang
  • lahan pertanian dan guna lahan kota à von Thunen dan teori turunannya. Von Thunen berpendapat bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari suatu tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah
  • lokasi industri à pendekatan deterministik Weberian dan pendekatan perilaku
  • tempat pusat à Christaller dan teori turunannya. Adanya peran dan fungsi wilayah pusat terhadap daerah sekitarnya yang menjadi pusat aktifitas tentunya disesuaikan dengan karakteristik penduduknya.
  • alokasi lokasi à bagaimana mengalokasikan fasilitas kota agar fasilitas tersebut dapat digunakan secara maksimal oleh masyarakat namun dengan biaya yang minimal.
  • interaksi keruangan à hubungan antarlokasi dan kegiatan


Teori Lokasi

Diposting oleh nuratnamukti di 21.02 0 komentar
Pengertian Teori Lokasi
Teori lokasi pada awalnya dikembangkan oleh Von Thunnen pada awal abad ke-19. Teori ini merupakan suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara yang konsisten dan logis.
Menurut Tarigan, teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Tarigan berpendapat, terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Sehingga, teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Von Thunnen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Dengan memerhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tsb memasukkan variabel keawetan, berat dan harga dari berbagai komoditas pertanian. Selain Von Thunnen, tokoh – tokoh yang mengemukakan teori lokasi antara lain Wilhem Lounhart yang menunjukkan bagaiman amengoptimalkan lokasi dengan menyederhanakan hanya dua sumber material dan satu pasar yang disajikan dalam bentuk locational triangle. Selain itu ada juga Teori Christaller yang menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah.

Ruang Lingkup atau Cakupan Analisis Lokasi dan Pola Ruang
  • lahan pertanian dan guna lahan kota à von Thunen dan teori turunannya. Von Thunen berpendapat bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari suatu tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah
  • lokasi industri à pendekatan deterministik Weberian dan pendekatan perilaku
  • tempat pusat à Christaller dan teori turunannya. Adanya peran dan fungsi wilayah pusat terhadap daerah sekitarnya yang menjadi pusat aktifitas tentunya disesuaikan dengan karakteristik penduduknya.
  • alokasi lokasi à bagaimana mengalokasikan fasilitas kota agar fasilitas tersebut dapat digunakan secara maksimal oleh masyarakat namun dengan biaya yang minimal.
  • interaksi keruangan à hubungan antarlokasi dan kegiatan


POTENSI DAN PERMASALAHAN KABUPATEN BANJARNEGARA

Diposting oleh nuratnamukti di 20.59 0 komentar
Kabupaten Banjarnegara yang terletak di Jawa tengah ini mempunyai banyak potensi. Baik dalam bidang pariwisata, pertanian, peternakan, bahkan pertambangan.
1.      Potensi Wisata
A.    Arung Jeram Sungai Serayu
Wisata ini berada di Sungai Serayu Kabupaten Banjarnegara tepatnya dari Desa Tunggoro ke Desa Singomerto, Kecamatan Sigaluh dengan panjang rute tempuh 12 km dan 15 jeram ekstrim.
Dengan jeram yang sangat deras menjadikan Sungai Serayu menjadi salah satu sungai yang diperhitungkan oleh penghobi olahraga arung jeram di Indonesia.
B.  Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau)
Disana terdapat banyak bangunan Candi yang semuanya berlatar belakang Ciwaistis dan mempunyai bentuk arsitektur sederhana dan diperkirakan digunakan mulai abad IX hingga abad XII AD. Candi-candi di Dieng menggunakan nama tokoh pewayangan seperti, Dwarawati, Puntadewa, Arjuna, Gatotkaca, Srikandi, Bima, Puntadewa dan Candi Sembadra.
Di Dieng Plateau juga ada tempat wisata Kawah Sikidang. Karena lubang kepundannya berada di daerah dataran sehingga kawah dapat disaksikan langsung dari bibir kawah. Sampai saat ini kawah Sikidang masih aktif mengeluarkan uap panas dan bau yang khas. Uap panas yang keluar disertai semburan air yang mendidih berwarna kelabu selalu muncul berpindah-pindah dan berlompat-lompat dari satu tempat ke tempat lain seperti seekor Kidang, sehingga dinamai kawah Sikidang.
C.   Selain wisata Arung Jeram dan Dieng Plateau, masih banyak lagi potensi wisata. Seperti Kebun Binatang Serulingmas, Waduk Jendral Sudirman, ada juga wisata kuliner seperti dawet ayu, wisata belanja seperti keramik klampok dan batik susukan.
2.      Potensi Pertanian
A.    Kentang
Tanaman kentang tersebar di 4 kecamatan, yaitu Pejawaran, Batur, Wanayasa, dan Kalibening. Kapasitas produksi kentang Kabupaten Banjarnegara 133.417,5 ton/tahun. Dan  luas panen tanaman kentang Kabupaten Banjarnegara 8.434 Ha.

B.    Jagung

Jenis Jagung yang di usahakan oleh para Petani ada 2 jenis yaitu Lokal dan komposit Hibrida. Jagung terdapat di 20 Kecamatan Se-Kabupaten Banjarnegara, namun Kecamatan yang memiliki produksi tertinggi adalah Kecamatan Purwonegoro (14.585 ton), Kecamatan Pagentan (13.306,40 ton), Kecamatan Pejawaran (12.901,80 ton) dan Kecamatan Wanayasa (10.897,10 ton).
C. Salak
Buah Salak merupakan salah satu unggulan Kabupaten Banjarnegara. Tanaman salak terdapat di 18 Kecamatan Se-Kabupaten Banjarnegara (kecuali Kec. Rakit dan Kec. Batur), namun Kecamatan yang memiliki produksi tertinggi adalah Kecamatan Madukara (135.958,2 ton), Kecamatan Banjarmangu (26.522,3 ton), Kecamatan Pagentan (18.474,7 ton) dan Kecamatan Sigaluh (5.584,9 ton). Kapasitas produksi salak Kabupaten Banjarnegara 193.662,1 ton / tahun. Jenis Salak ada 2 Macam Yaitu Jenis Lokal dan Pondoh dengan perbandingan jumlah tanaman 50:50 %. Setiap hari produk salak Banjarnegara di kirim ke Jakarta, Jawa Barat dan Surabaya.
3.      Potensi Perkebunan

A.    Perkebunan Teh

Perkebunan teh diusahakan oleh rakyat tersebar di kecamatan Wanayasa, Kalibening, Pejawaran, dan Karangkobar. Hasil pucuk teh tersebut ditampung oleh PT. Pagilaran di desa Jatilawang, kecamatan Wanayasa dan PT. Jatilawang Sejahtera di desa Grogol, kecamatan Pejawaran.

B.    Perkebunan Kopi

Kabupaten Banjarnegara sangat cocok untuk tanaman kopi Arabica. Lokasi perkebunan di Kecamatan Kalibening, Wanayasa, Karangkobar yang termasuk daerah dataran tinggi.

4.      Peternakan

A.    Peternakan Sapi Potong

Lokasi penyebaran sapi potong terdapat di seluruh Kecamatan di Banjarnegara, dengan tingkat populasi ternak sapi potong tertinggi di Kec. Wanayasa 8.047 ekor, Kec. Kalibening 5.593 ekor, Kec. Karangkobar 4.678 ekor dan Kec. Bawang 3.188 ekor. Total populasi ternak sapi potong di Kabupaten Banjarnegara 40.426 ekor, dengan didukung oleh 21.782 Ha pengahasil hijauan makanan ternak (HMT) dan 40.237 Ha limbah pertanian.
  1. Peternakan Kambing
Kecamatan Banjarmangu mungkin bisa dijuluki dengan kecamatan kambing karena enam dari tiga belas desa yang ada di kecamatan ini jumlah populasi kambingnya melebihi jumlah penduduknya. Dari keenam desa tersebut yang paling menonjol adalah desa Pagerpelah. Dengan luas wilayah 402,4 hektar, desa yang berada diantara Sungai  Urang dan Ragajaya, Pagerpelah memiliki jumlah penduduk 2078. Dan kambing yang ada mencapai 3753 ekor. Ini berarti jumlah kambing hampir dua kali lipat dari jumlah penduduk.
5.      Pertambangan
1.   Marmer                                               4. Batu lempeng
2.   Feldspar (metasedimen)                     5. Batu Granit
3.   Trass (untuk pembuatan semen)

Sebenarnya masih banyak potensi yang dimiliki Kabupaten Banjarnegara. Namun tidak banyak orang yang mengetahui potensi tersebut. Hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi pemerintah dan warga Banjarnegara itu sendiri. Selain itu potensi  potensi yang dimiliki juga tidak dijaga dan dikembangkan dengan baik. Banyak tempat wisata yang sudah tak terawat, sudah tidak ada yang memerhatikannya lagi, sehingga sepi pengunjung. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap potensi alam Banjarnegara adalah persoalan yang utama.
Permasalahan kabupaten Banjarnegara yang lain adalah masih kurangnya fasilitas – fasilitas yang mendukung dan memadai. Sebagai contoh adalah minimnya pusat perbelanjaan, sehingga banyak masyarakat lebih suka berbelanja di luar kota yang lebih lengkap dan lebih prestis.
Infrastruktur yang lain pun masih banyak yang perlu diperhatikan. Sebagai contoh jalan raya penghubung Purbalingga dan Banjarnegara yang berlubang dan masih perlu banyak perbaikan. Lampu – lampu jalan pun banyak yang tidak berfungsi dengan baik, dan lain-lain.
Pedagang Kaki Lima juga menambah ketidaktertiban Kabupaten Banjarnegara. Biasanya PKL berjualan di pinggir-pinggir jalan atau di trotoar sehingga menghalangi para pengguna jalan atau pejalan kaki. Selain itu dengan banyaknya pedagang kaki lima tersebut membuat sampah-sampah bertebaran membuat kesan Banjarnegara yang dulu sebagai kota adipura terkesan jorok dan kotor. Sehingga, sekali lagi perhatian pemerintah dan kesadaran masyarakat Kabupaten Banjarnegara perlu ditingkatkan untuk Banjarnegara yang lebih maju.

Daftar Pustaka

Selasa, 04 Oktober 2011

teori Lokasi : Von Thunen

Diposting oleh nuratnamukti di 21.05 0 komentar
Dasar – Dasar Teori Von Thunnen

Teori Von Thunen telah mulai dikenal sejak abad ke 19. Teori Von Thunen menjelaskan mengenai ekonomi keruangan (spatial economics), yang menghubungkan teori ekonomi keruangan dengan teori sewa (theory of rent) yang membuat model analisis dasar dari hubungan antara pasar, produksi, dan jarak.
Teorinya mencoba untuk menerangkan berbagai jenis pertanian dalam arti luas yang berkembang di sekeliling daerah perkotaan yang merupakan pasar komoditi pertanian tersebut. Berdasarkan pengamatan di daerah tempat tinggalnya, berbagai komoditas pertanian diusahakan menurut pola tertentu.
Ia berpendapat bahwa bila suatu laboratorium dapat diciptakan berdasarkan atas tujuh asumsi, maka daerah lokasi jenis pertanian yang berkembang akan mengikuti pola tertentu. Ketujuh asumsi tersebut adalah:
1.            Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah pedalamannya yang merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian;
2.            Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjumlahan kelebihan produksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain;
3.            Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain, kecuali ke daerah perkotaan tersebut;
4.            Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama dan cocok untuk tanaman dan peternakan dataran menengah;
5.            Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk mempeoleh keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan peternakannya dengan peemintaan yang terdapat di daerah perkotaan;
6.            Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan darat berupa gerobak yang dihela oleh kuda;
7.            Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan jarak yang ditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar.
Dengan asumsi tersebut maka daerah lokasi berbagai jenis pertanian akan berkembang dalam bentuk lingkaran tidak beraturan yang mengelilingi daerah pertanian
Teori Von Thunnen dapat dimodifikasi dengan memasukkan unsur sungai yang mengalir melalui daerah perkotaan. Sungai ini memungkinkan pengangkutan dengan biaya yang lebih murah.
Keuntungan yang dicapai oleh petani dengan tiga variabel, yaitu harga penjualan, biaya produksi dan biaya angkutan. Rumus untuk mencari keuntungan :
K = N - (P + A), dengan keterangan :
K : Keuntungan
N : Imbalan yang diterima petani, dihitung atas dasar satuan tertentu
P : Biaya produksi dihitung atas dasar sama dengan N
A : Biaya angkutan
Walaupun teori lokasi Von Thunnen sudah terdapat banyak perubahan bagitu banyak, seperti dikembangkan oelh Greenhut, namun teori ini tetap merupakan pelopor dalam perkembangan teori lokasi.

Teori Lokasi

Diposting oleh nuratnamukti di 21.02 0 komentar
Pengertian Teori Lokasi
Teori lokasi pada awalnya dikembangkan oleh Von Thunnen pada awal abad ke-19. Teori ini merupakan suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara yang konsisten dan logis.
Menurut Tarigan, teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Tarigan berpendapat, terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Sehingga, teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Von Thunnen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Dengan memerhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tsb memasukkan variabel keawetan, berat dan harga dari berbagai komoditas pertanian. Selain Von Thunnen, tokoh – tokoh yang mengemukakan teori lokasi antara lain Wilhem Lounhart yang menunjukkan bagaiman amengoptimalkan lokasi dengan menyederhanakan hanya dua sumber material dan satu pasar yang disajikan dalam bentuk locational triangle. Selain itu ada juga Teori Christaller yang menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah.

Ruang Lingkup atau Cakupan Analisis Lokasi dan Pola Ruang
  • lahan pertanian dan guna lahan kota à von Thunen dan teori turunannya. Von Thunen berpendapat bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari suatu tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah
  • lokasi industri à pendekatan deterministik Weberian dan pendekatan perilaku
  • tempat pusat à Christaller dan teori turunannya. Adanya peran dan fungsi wilayah pusat terhadap daerah sekitarnya yang menjadi pusat aktifitas tentunya disesuaikan dengan karakteristik penduduknya.
  • alokasi lokasi à bagaimana mengalokasikan fasilitas kota agar fasilitas tersebut dapat digunakan secara maksimal oleh masyarakat namun dengan biaya yang minimal.
  • interaksi keruangan à hubungan antarlokasi dan kegiatan


Teori Lokasi

Diposting oleh nuratnamukti di 21.02 0 komentar
Pengertian Teori Lokasi
Teori lokasi pada awalnya dikembangkan oleh Von Thunnen pada awal abad ke-19. Teori ini merupakan suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara yang konsisten dan logis.
Menurut Tarigan, teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Tarigan berpendapat, terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Sehingga, teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Von Thunnen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Dengan memerhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tsb memasukkan variabel keawetan, berat dan harga dari berbagai komoditas pertanian. Selain Von Thunnen, tokoh – tokoh yang mengemukakan teori lokasi antara lain Wilhem Lounhart yang menunjukkan bagaiman amengoptimalkan lokasi dengan menyederhanakan hanya dua sumber material dan satu pasar yang disajikan dalam bentuk locational triangle. Selain itu ada juga Teori Christaller yang menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah.

Ruang Lingkup atau Cakupan Analisis Lokasi dan Pola Ruang
  • lahan pertanian dan guna lahan kota à von Thunen dan teori turunannya. Von Thunen berpendapat bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari suatu tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah
  • lokasi industri à pendekatan deterministik Weberian dan pendekatan perilaku
  • tempat pusat à Christaller dan teori turunannya. Adanya peran dan fungsi wilayah pusat terhadap daerah sekitarnya yang menjadi pusat aktifitas tentunya disesuaikan dengan karakteristik penduduknya.
  • alokasi lokasi à bagaimana mengalokasikan fasilitas kota agar fasilitas tersebut dapat digunakan secara maksimal oleh masyarakat namun dengan biaya yang minimal.
  • interaksi keruangan à hubungan antarlokasi dan kegiatan


POTENSI DAN PERMASALAHAN KABUPATEN BANJARNEGARA

Diposting oleh nuratnamukti di 20.59 0 komentar
Kabupaten Banjarnegara yang terletak di Jawa tengah ini mempunyai banyak potensi. Baik dalam bidang pariwisata, pertanian, peternakan, bahkan pertambangan.
1.      Potensi Wisata
A.    Arung Jeram Sungai Serayu
Wisata ini berada di Sungai Serayu Kabupaten Banjarnegara tepatnya dari Desa Tunggoro ke Desa Singomerto, Kecamatan Sigaluh dengan panjang rute tempuh 12 km dan 15 jeram ekstrim.
Dengan jeram yang sangat deras menjadikan Sungai Serayu menjadi salah satu sungai yang diperhitungkan oleh penghobi olahraga arung jeram di Indonesia.
B.  Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau)
Disana terdapat banyak bangunan Candi yang semuanya berlatar belakang Ciwaistis dan mempunyai bentuk arsitektur sederhana dan diperkirakan digunakan mulai abad IX hingga abad XII AD. Candi-candi di Dieng menggunakan nama tokoh pewayangan seperti, Dwarawati, Puntadewa, Arjuna, Gatotkaca, Srikandi, Bima, Puntadewa dan Candi Sembadra.
Di Dieng Plateau juga ada tempat wisata Kawah Sikidang. Karena lubang kepundannya berada di daerah dataran sehingga kawah dapat disaksikan langsung dari bibir kawah. Sampai saat ini kawah Sikidang masih aktif mengeluarkan uap panas dan bau yang khas. Uap panas yang keluar disertai semburan air yang mendidih berwarna kelabu selalu muncul berpindah-pindah dan berlompat-lompat dari satu tempat ke tempat lain seperti seekor Kidang, sehingga dinamai kawah Sikidang.
C.   Selain wisata Arung Jeram dan Dieng Plateau, masih banyak lagi potensi wisata. Seperti Kebun Binatang Serulingmas, Waduk Jendral Sudirman, ada juga wisata kuliner seperti dawet ayu, wisata belanja seperti keramik klampok dan batik susukan.
2.      Potensi Pertanian
A.    Kentang
Tanaman kentang tersebar di 4 kecamatan, yaitu Pejawaran, Batur, Wanayasa, dan Kalibening. Kapasitas produksi kentang Kabupaten Banjarnegara 133.417,5 ton/tahun. Dan  luas panen tanaman kentang Kabupaten Banjarnegara 8.434 Ha.

B.    Jagung

Jenis Jagung yang di usahakan oleh para Petani ada 2 jenis yaitu Lokal dan komposit Hibrida. Jagung terdapat di 20 Kecamatan Se-Kabupaten Banjarnegara, namun Kecamatan yang memiliki produksi tertinggi adalah Kecamatan Purwonegoro (14.585 ton), Kecamatan Pagentan (13.306,40 ton), Kecamatan Pejawaran (12.901,80 ton) dan Kecamatan Wanayasa (10.897,10 ton).
C. Salak
Buah Salak merupakan salah satu unggulan Kabupaten Banjarnegara. Tanaman salak terdapat di 18 Kecamatan Se-Kabupaten Banjarnegara (kecuali Kec. Rakit dan Kec. Batur), namun Kecamatan yang memiliki produksi tertinggi adalah Kecamatan Madukara (135.958,2 ton), Kecamatan Banjarmangu (26.522,3 ton), Kecamatan Pagentan (18.474,7 ton) dan Kecamatan Sigaluh (5.584,9 ton). Kapasitas produksi salak Kabupaten Banjarnegara 193.662,1 ton / tahun. Jenis Salak ada 2 Macam Yaitu Jenis Lokal dan Pondoh dengan perbandingan jumlah tanaman 50:50 %. Setiap hari produk salak Banjarnegara di kirim ke Jakarta, Jawa Barat dan Surabaya.
3.      Potensi Perkebunan

A.    Perkebunan Teh

Perkebunan teh diusahakan oleh rakyat tersebar di kecamatan Wanayasa, Kalibening, Pejawaran, dan Karangkobar. Hasil pucuk teh tersebut ditampung oleh PT. Pagilaran di desa Jatilawang, kecamatan Wanayasa dan PT. Jatilawang Sejahtera di desa Grogol, kecamatan Pejawaran.

B.    Perkebunan Kopi

Kabupaten Banjarnegara sangat cocok untuk tanaman kopi Arabica. Lokasi perkebunan di Kecamatan Kalibening, Wanayasa, Karangkobar yang termasuk daerah dataran tinggi.

4.      Peternakan

A.    Peternakan Sapi Potong

Lokasi penyebaran sapi potong terdapat di seluruh Kecamatan di Banjarnegara, dengan tingkat populasi ternak sapi potong tertinggi di Kec. Wanayasa 8.047 ekor, Kec. Kalibening 5.593 ekor, Kec. Karangkobar 4.678 ekor dan Kec. Bawang 3.188 ekor. Total populasi ternak sapi potong di Kabupaten Banjarnegara 40.426 ekor, dengan didukung oleh 21.782 Ha pengahasil hijauan makanan ternak (HMT) dan 40.237 Ha limbah pertanian.
  1. Peternakan Kambing
Kecamatan Banjarmangu mungkin bisa dijuluki dengan kecamatan kambing karena enam dari tiga belas desa yang ada di kecamatan ini jumlah populasi kambingnya melebihi jumlah penduduknya. Dari keenam desa tersebut yang paling menonjol adalah desa Pagerpelah. Dengan luas wilayah 402,4 hektar, desa yang berada diantara Sungai  Urang dan Ragajaya, Pagerpelah memiliki jumlah penduduk 2078. Dan kambing yang ada mencapai 3753 ekor. Ini berarti jumlah kambing hampir dua kali lipat dari jumlah penduduk.
5.      Pertambangan
1.   Marmer                                               4. Batu lempeng
2.   Feldspar (metasedimen)                     5. Batu Granit
3.   Trass (untuk pembuatan semen)

Sebenarnya masih banyak potensi yang dimiliki Kabupaten Banjarnegara. Namun tidak banyak orang yang mengetahui potensi tersebut. Hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi pemerintah dan warga Banjarnegara itu sendiri. Selain itu potensi  potensi yang dimiliki juga tidak dijaga dan dikembangkan dengan baik. Banyak tempat wisata yang sudah tak terawat, sudah tidak ada yang memerhatikannya lagi, sehingga sepi pengunjung. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap potensi alam Banjarnegara adalah persoalan yang utama.
Permasalahan kabupaten Banjarnegara yang lain adalah masih kurangnya fasilitas – fasilitas yang mendukung dan memadai. Sebagai contoh adalah minimnya pusat perbelanjaan, sehingga banyak masyarakat lebih suka berbelanja di luar kota yang lebih lengkap dan lebih prestis.
Infrastruktur yang lain pun masih banyak yang perlu diperhatikan. Sebagai contoh jalan raya penghubung Purbalingga dan Banjarnegara yang berlubang dan masih perlu banyak perbaikan. Lampu – lampu jalan pun banyak yang tidak berfungsi dengan baik, dan lain-lain.
Pedagang Kaki Lima juga menambah ketidaktertiban Kabupaten Banjarnegara. Biasanya PKL berjualan di pinggir-pinggir jalan atau di trotoar sehingga menghalangi para pengguna jalan atau pejalan kaki. Selain itu dengan banyaknya pedagang kaki lima tersebut membuat sampah-sampah bertebaran membuat kesan Banjarnegara yang dulu sebagai kota adipura terkesan jorok dan kotor. Sehingga, sekali lagi perhatian pemerintah dan kesadaran masyarakat Kabupaten Banjarnegara perlu ditingkatkan untuk Banjarnegara yang lebih maju.

Daftar Pustaka

 

live and life Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea